AKHLAK TERHADAP ALLAH
I. Akhlak terhadap Allah Swt
Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai khalik.
http://id.shvoong.com/books/guidance-self-improvement/1973692-akhlak-terhadap-allah-swt/
1. Mentauhidkan Allah
Tauhid secara bahasa arab merupakan mashdar (kata benda yang berasal dari kata kerja) dari kata (تَوْحِيْدًا- يُوَحِّدُ-وَحَّدَ) yang artinya menjadikan sesuatu satu tauhid ini tidaklah dikatakan sebagai tauhid sampai terdapat padanya peniadaan selainnya dan penetapan . Sedangkan pengertian tauhid sebagai perbuatan hati adalah beriman tentang adanya Allah, mengesakan Allah dalam hal rububiyah, ulihiyah dan beriman terhadap seluruh nama dan shifat Allah .
http://santri-xwungu.blogspot.com/2010/04/mentauhidkan-allah-tetapi-musyrik.html
2. Taqwa kepadanya
Takwa, secara bahasa artinya melindungi diri. Yaitu seseorang melakukan sesuatu untuk melindungi dirinya dari perkara yang dia takuti dan dia khawatirkan.
Adapun takwa hamba kepada Rabb-nya adalah, hamba itu melindungi dirinya dari kemurkaan dan siksa Allah. Yakni dengan cara beribadah, yaitu melaksanakan ketaatan kepadaNya dan menjauhi kemaksiatan kepadaNya.
http://www.mail-archive.com/media-dakwah@yahoogroups.com/msg06820.html
3. Berdoa kepadanya
Berdo’a kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Do’a merupakan inti ibadah, karena ia merupakan pengakuan akan keterbatasan dan ketidakmampuan manusia, sekaligus pengakuan akan kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu. Kekuatan do’a dalam ajaran Islam sangat luar biasa, karena ia mampu menembus kekuatan akal manusia. Oleh karena itu berusaha dan berdo’a merupakan dua sisi tugas hidup manusia yang bersatu secara utuh dalam aktifitas hidup setiap muslim.Orang yang tidak pernah berdo’a adalah orang yang tidak menerima keterbatasan dirinya sebagai manusia karena itu dipandang sebagai orang yang sombong ; suatu perilaku yang tidak disukai Allah.
http://alumni1pleret.forumotion.net/t6-akhlak-kepada-allah
4. zikir kepadanya
Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondisi, baik diucapkan dengan mulut maupun dalam hati. Berzikir kepada Allah melahirkan ketenangan dan ketentraman hati.
http://alumni1pleret.forumotion.net/t6-akhlak-kepada-allah
5. Taat kepadanya
Hal pertama yang harus dilakukan seorang muslim dalam beretika kepada Allah SWT,
adalah dengan mentaati segala perintah-perintah-Nya. Sebab bagaimana mungkin ia
tidak mentaati-Nya, padahal Allah lah yang telah memberikan segala-galanya pada
dirinya. Allah berfirman (QS. 4 : 65):
“Maka demi Rab-mu, mereka pada hakekatnya tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemdian mrekea tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap ptutusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.”
Karena taat kepada Allah merupakan konsekwensi keimanan seoran muslim kepada Allah
SWT. Tanpa adanya ketaatan, maka ini merupakan salah satu indikasi tidak adanya
keimanan. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW juga menguatkan makna ayat di
atas dengan bersabda:
“Tidak beriman salah seorang diantara kalian, hingga hawa nafsunya (keinginannya) mengikuti apa yang telah datang dariku (Al-Qur’an dan sunnah)." (HR. Abi Ashim al-syaibani).
http://madinatulilmi.com/index.php?prm=posting&kat=1&var=detail&id=79
6. bertaubat kepadanya
Sebagai seorang manusia biasa, kita juga tidak akan pernah luput dari sifat lalai dan
lupa. Karena hal ini memang merupakan tabiat manusia. Oleh karena itulah, etika
kita kepada Allah, manakala sedang terjerumus dalam ‘kelupaan’ sehingga berbuat
kemaksiatan kepada-Nya adalah dengan segera bertaubat kepada Allah SWT. Dalam
Al-Qur’an Allah berfirman (QS. 3 : 135) :
"Dan juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri mereka sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka. Dan siapakah yang dapat mengampuni dosa selain Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu sedang mereka mengetahui."
http://madinatulilmi.com/index.php?prm=posting&kat=1&var=detail&id=79
7. beribadah kepadanya
Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk menyembah-Nya sesuai dengan perintah-Nya. Seorang muslim beribadah membuktikan ketundukkan terhadap perintah Allah.
http://alumni1pleret.forumotion.net/t6-akhlak-kepada-allah
8. banyak membaca al-quran
Etika dan akhlak berikutnya yang harus dilakukan seorang muslim terhadap Allah adalah
dengan memperbanyak membaca dan mentadaburi ayat-ayat, yang merupakan
firman-firman-Nya. Seseeorang yang mencintai sesuatu, tentulah ia akan banyak
dan sering menyebutnya. Demikian juga dengan mukmin, yang mencintai Allah SWT,
tentulah ia akan selalu menyebut-nyebut Asma-Nya dan juga senantiasa akan
membaca firman-firman-Nya. Apalagi menakala kita mengetahui keutamaan membaca
Al-Qur’an yang demikian besarnya.
http://madinatulilmi.com/index.php?prm=posting&kat=1&var=detail&id=79
II. Akhlak terhadap manusia
1. akhlak terhadap rasul
1.1 Ridha dalam beriman kepada Rasul
Iman kepada Rasul Saw merupakan salah satu bagian dari rukun iman. Keimanan akan terasa menjadi nikmat dan lezat manakala kita memiliki rasa ridha dalam keimanan sehingga membuktikan konsekuensi iman merupakan sesuatu yang menjadi kebutuhan. Karenanya membuktikan keimanan dengan amal yang shaleh merupakan bukan suatu beban yang memberatkan, begitulah memang bila sudah ridha.
1.2. Mencintai dan Memuliakan Rasul
Keharusan yang harus kita tunjukkan dalam akhlak yang baik kepada Rasul adalah mencintai beliau setelah kecintaan kita kepada Allah Swt. Penegasan bahwa urutan kecintaan kepada Rasul setelah kecintaan kepada Allah disebutkan dalam firman Allah yang artinya:
Katakanlah, jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dasn (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik (QS 9:24).
Disamping itu, manakala seseorang yang telah mengaku beriman tapi lebih mencintai yang lain selain Allah dan Rasul-Nya, maka Rasulullah Saw tidak mau mengakuinya sebagai orang yang beriman, beliau bersabda:
Tidak beriman seseorang diantara kamu sebelum aku lebih dicintainya daripada dirinya sendiri, orang tuanya, anaknya dan semua manusia (HR. Bukhari, Muslim dan Nasa’i).
1.3. Mengikuti dan Mentaati Rasul
Mengikuti dan mentaati Rasul merupakan sesuatu yang bersifat mutlak bagi orang-orang yang beriman. Karena itu, hal ini menjadi salah satu bagian penting dari akhlak kepada Rasul, bahkan Allah Swt akan menempatkan orang yang mentaati Allah dan Rasul ke dalam derajat yang tinggi dan mulia, hal ini terdapat dalam firman Allah yang artinya: Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu Nabi-nabi, orang-orang yang benar, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya (QS 4:69).
Disamping itu, manakala kita telah mengikuti dan mentaati Rasul Saw, Allah Swt akan mencintai kita yang membuat kita begitu mudah mendapatkan ampunan dari Allah manakala kita melakukan kesalahan, Allah berfirman yang artinya: Katakanlah: “jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kamu dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS 3:31)
Oleh karena itu, dengan izin Allah Swt, Rasulullah Saw diutus memang untuk ditaati, Allah Swt berfirman yang artinya: Dan Kami tidak mengutus seorang rasul, melainkan untuk ditaati dengan izin Allah (QS 4:64).
Manakala manusia telah menunjukkan akhlaknya yang mulia kepada Rasul dengan mentaatinya, maka ketaatan itu berarti telah disamakan dengan ketaatan kepada Allah Swt. Dengan demikian, ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya menjadi seperti dua sisi mata uang yang tidak boleh dan tidak bisa dipisah-pisahkan. Allah berfirman yang artinya: Barangsiapa mentaati rasul, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka (QS 4:80).
1.4. Mengucapkan Shawalat dan Salam Kepada Rasul
Secara harfiyah, shalawat berasal dari kata ash shalah yang berarti do’a, istighfar dan rahmah. Kalau Allah bershalawat kepada Nabi, itu berarti Allah memberi ampunan dan rahmat kepada Nabi, inilah salah satu makna dari firman Allah yang artinya: Sesungguhnya Allah dan para Malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan Ucapkanlah salam penghormatan kepadanya (QS 33:56).
Adapun, bila kita bershalawat kepada Nabi hal itu justeru akan membawa keberuntungan bagi kita sendiri, hal ini disabdakan oleh Rasul Saw:
Barangsiapa bershalawat untukku satu kali, maka dengan shalawatnya itu Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali (HR. Ahmad).
Manakala seseorang telah menunjukkan akhlaknya kepada Nabi dengan banyak mengucapkan shalawat, maka orang tersebut akan dinyatakan oleh Rasul Saw sebagai orang yang paling utama kepadanya pada hari kiamat, beliau bersabda:
Sesungguhnya orang yang paling utama kepadaku nanti pada hari kiamat adalah siapa yang paling banyak bershalawat kepadaku (HR. Tirmidzi).
Adapun orang yang tidak mau bershalawat kepada Rasul dianggap sebagai orang yang kikir atau bakhil, hal ini dinyatakan oleh Rasul Saw:
Yang benar-benar bakhil adalah orang yang ketika disebut namaku dihadapannya, ia tidak mengucapkan shalawat kepadaku (HR. Tirmidzi dan Ahmad).
1.5. Menghidupkan Sunnah Rasul
Kepada umatnya, Rasulullah Saw tidak mewariskan harta yang banyak, tapi yang beliau wariskan adalah Al-Qur’an dan sunnah, karena itu kaum muslimin yang berakhlak baik kepadanya akan selalu berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan sunnah (hadits) agar tidak sesat, beliau bersabda:
Aku tinggalkan kepadamu dua pusaka, kamu tidak akan tersesat selamanya bila berpegang teguh kepada keduanya, yaitu kitab Allah dan sunnahku (HR. Hakim).
Selain itu, Rasul Saw juga mengingatkan umatnya agar waspada terhadap bid’ah dengan segala bahayanya, beliau bersabda:
Sesungguhnya, siapa yang hidup sesudahku, akan terjadi banyak pertentangan. Oleh karena itu,. Kamu semua agar berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah para penggantiku. Berpegang teguhlah kepada petunjuk-petunjuk tersebut dan waspadalah kamu kepada sesuatu yang baru, karena setiap yang baru itu bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat, dan setiap kesesatan itu di neraka (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Hakim, Baihaki dan Tirmidzi).
Dengan demikian, menghidupkan sunnah Rasul menjadi sesuatu yang amat penting sehingga begitu ditekankan oleh Rasulullah Saw.
1.6. Menghormati Pewaris Rasul
Berakhlak baik kepada Rasul Saw juga berarti harus menghormati para pewarisnya, yakni para ulama yang konsisten dalam berpegang teguh kepada nilai-nilai Islam, yakni yang takut kepada Allah Swt dengan sebab ilmu yang dimilikinya.
Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (QS 35:28).
Kedudukan ulama sebagai pewaris Nabi dinyatakan oleh Rasulullah Saw:
Dan sesungguhnya ulama adalah pewaris Nabi. Sesungguhnya Nabi tidak tidak mewariskan uang dinar atau dirham, sesungguhnya Nabi hanya mewariskan ilmui kepada mereka, maka barangsiapa yang telah mendapatkannya berarti telah mengambil mbagian yang besar (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).
Karena ulama disebut pewaris Nabi, maka orang yang disebut ulama seharusnya tidak hanya memahami tentang seluk beluk agama Islam, tapi juga memiliki sikap dan kepribadian sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi dan ulama seperti inilah yang harus kita hormati. Adapun orang yang dianggap ulama karena pengetahuan agamanya yang luas, tapi tidak mencerminkan pribadi Nabi, maka orang seperti itu bukanlah ulama yang berarti tidak ada kewajiban kita untuk menghormatinya.
1.7. Melanjutkan Misi Rasul
Misi Rasul adalah menyebarluaskan dan menegakkan nilai-nilai Islam. Tugas yang mulia ini harus dilanjutkan oleh kaum muslimin, karena Rasul telah wafat dan Allah tidak akan mengutus lagi seorang Rasul. Meskipun demikian, menyampaikan nilai-nilai harus dengan kehati-hatian agar kita tidak menyampaikan sesuatu yang sebenarnya tidak ada dari Rasulullah Saw. Keharusan kita melanjutkan misi Rasul ini ditegaskan oleh Rasul Saw:
Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat, dan berceritalah tentang Bani Israil tidak ada larangan. Barangsiapa berdusta atas (nama) ku dengan sengaja, maka hendaklah ia mempersiapkan tempat duduknya di neraka (HR. Ahmad, Bukhari dan Tirmidzi dari Ibnu Umar).
Demikian beberapa hal yang harus kita tunjukkan agar kita termasuk orang yang memiliki akhlak yang baik kepada Nabi Muhammad Saw.
http://www.eramuslim.com/syariah/tsaqofah-islam/drs-h-ahmad-yani-ketua-lppd-khairu-ummah-akhlak-kepada-rasul.htm
2. Akhlak terhadap diri sendiri
Yang dimaksud dengan akhlak terhadap diri sendiri adalah sikap seseorang terhadap diri pribadinya baik itu jasmani sifatnya atau ruhani. Kita harus adil dalam memperlakukan diri kita, dan jangan pernah memaksa diri kita untuk melakukan sesuatu yang tidak baik atau bahkan membahayakan jiwa.
http://www.elmubarok.co.cc/2009/12/akhlak-terhadap-diri-sendiri.html
2.1 Sabar
Menurut Imam Gazali, sabar ialah tabah hati tanpa mengeluh dalam menghadapi cobaan dan rintangan dalam waktu tertentu dalam rangka mencapai tujuan. jadi urgensi sabar adalah pada pencapaian tujuan. Oleh karena itu orang yang bisa sabar hanyalah orang yang selalu sadar akan tujuan yang sedang dicapai. Demi perhatiannya pada tujuan maka ia tidak mengeluh ketika harus menghadapi rintangan, dan demi tercapainya tujuan maka ia mampu bertahan terhadap proses waktu yang harus dilalui.
http://mubarok-institute.blogspot.com/2011/03/akhlak-manusia-terhadap-manusia-8_29.html
2.2 Bersyukur
Adapun dlm tinjauan agama syukur adalah: Nampak pengaruh ni’mat Allah Subhanahu wa Ta’ala atas seorang hamba melalui lisan dgn cara memuji dan mengakuinya; melalui hati dgn cara meyakini dan cinta; serta melalui anggota badan dgn penuh ketundukan dan ketaatan.
Ada juga yg mendefinisikan syukur dgn makna lain seperti:
1. Mengakui ni’mat yg diberikan dgn penuh ketundukan.
2. Memuji yg memberi ni’mat atas ni’mat yg diberikannya.
3. Cinta hati kepada yg memberi ni’mat dan anggota badan dgn ketaatan serta lisan dgn cara memuji dan menyanjungnya.
4. Menyaksikan keni’matan dan menjaga keharaman.
5. Mengetahui kelemahan diri dari bersyukur.
6. Menyandarkan ni’mat tersebut kepada pemberi dgn ketenangan.
7. Engkau melihat dirimu orang yg tdk pantas utk mendapatkan ni’mat.
8. Mengikat ni’mat yg ada dan mencari ni’mat yg tdk ada.
http://blog.re.or.id/nikmat-allah-syukurilah-dan-ujian-nya-sabarilah.htm
2.3 Rendah hati
rendah hati adalah secara sadar merendahkan dirinya di hadapan orang lain. Rendah diri merupakan kelemahan, tetapi merendahkan diri hanya bisa dilakukan oleh orang kuat. Kebalikan dari rendah hati adalah sombong atau takabbur. Takabbur adalah merasa dirinya besar dan memandang orang lain lebih rendah darinya. Seorang yang rendah hati senantiasa menghormati orang lain, karena ia menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempuma. Seseorang bisa nampak rendah (penampilannya) tetapi, boleh jadi ia memiliki kelebihan yang justeru disembunyikannya dari penglihatan orang lain. Sementara orang yang rendah hati itu tahu persis kelemahan dirinya meski orang lain boleh jadi tidak mengetahuinya.
http://mubarok-institute.blogspot.com/2011/03/akhlak-manusia-terhadap-manusia-8_29.html
2.4 benar/jujur
Jujur adalah sifat atau sikap seseorang yang menyatakan sesuatu dengan sesungguhnya, apa adanya, tidak ditambah dan dikurangi. Kejujuran adalah pondasi bagi keutamaan-keutamaan akhlak yang lain. Tanpa kejujuran, seringkali perbuatan yang lahirnya baik, menyimpan kemunafikan dan sering beracun. Kejujuran tidak hanya dimanifestasikan dalam bentuk ucapan lisan, akan tetapi termasuk juga perbuatan, sikap, bahkan dengan cara diam.
http://abidponorogo.wordpress.com/2010/01/08/kemuliaan-akhlak/
2.5 Amanah
Secara harfiah, kata amanah berarti “jujur, dapat dipercaya”, yakni lawan kata darikhiyanah. Karenanya kata amanah sering kali dilekatkan pada seseorang yang selalu berkata benar atau seseorang yang menepati janji. Amanah mempunyai akar kata yang sama dengan iman (I-m-n), yang bermakna aman, damai dan tiadanya guncangan dalam diri seseorang.
http://abidponorogo.wordpress.com/2010/01/08/kemuliaan-akhlak/
2.6 syaja’ah
Syaja’ah berbeda dengan bersikap nekat, “ngawur” atau tanpa perhitungan dan pertimbangan. Asy-syaja’ah adalah keberanian yang didasari pertimbangan matang dan penuh perhitungan karena ingin meraih ridha Allah.
Asy-Syaja’ah (keberanian) adalah salah satu ciri yang dimiliki orang yang istiqamah di jalan Allah, selain ciri-ciri berupa al-ithmi’nan (ketenangan) dan at-tafaul (optimisme). Jadi orang yang istiqamah akan senantiasa berani, tenang dan optimis karena yakin berada di jalan yang benar dan yakin pula akan dekatnya pertolongan Allah.
http://hasrian04rudi.blogspot.com/2010/10/akhlak-terhadap-diri-sendiri.html
2.7 hidup sederhana
Hidup sederhana adalah hidup yang bersahaja. Model hidup ini lebih didasarkan pada kesadaran akan kemampuan diri dan toleransi serta kesetiakawanan terhadap yang lain sehingga tidak terjebak pada titik-titik ekstrim. Karenanya, hidup sederhana pada dasarnya adalah perwujudan dari sikap yang realistis dalam memandang diri dan lingkungannya.
http://abidponorogo.wordpress.com/2010/01/08/kemuliaan-akhlak/
2.8 adil
Keadilan mengandung arti “keseimbangan”. Orang yang seimbang adalah orang yang tidak berat sebelah dan pilih kasih atas pertimbangan subyektif. Melalui keseimbangan itu orang mampu bersikap adil.. Adil merupakan serapan dari kata arab ‘adl yang dalam bahasa Inggris bermaknajustice. Dalam al-Qur’an, pengertian adil diekspresikan dalam beberapa kata;ahkam, qawam, amtsal, iqtashada, shadaqa, shiddiq atau bar. Keadilan juga berarti tidak menyimpang dari kebenaran, tidak merusak dan tidak merugikan orang lain dan diri sendiri.
http://abidponorogo.wordpress.com/2010/01/08/kemuliaan-akhlak/
2.9 Menuntut ilmu
Terkadang manusia sering puas, manakala telah mencapai tingkatan tertentu dalam dunia pendidikan. Padahal sesungguhnya dalam Islam bahwa proses belajar mengajar merupakan proses yang tiada mengenal kata henti. Karena pada hakekatnya semakin seseorang mendalami ilmu pengetahuan, maka semakin pula ia merasa kurang dan kurang.
http://guruit07.blogspot.com/2009/01/akhlak-seorang-muslim-terhadap-dirinya.html
3. Akhlak terhadap keluarga
3.1 Berbakti kepada ibu-bapa
Wajib bagi umat Islam untuk menghormati kedua orang tuanya, yaitu dengan berbakti, mentaati perintahnya dan berbuat baik kepada keluarganya, di antaranya : Berbicara dengan perkataan yang baik. Akhlak kepada ibu bapak adalah berbuat baik kepada keduanya dengan ucapan dan perbuatan. Berbuat baik kepada ibu bapak dibuktikan dalam bentuk-bentuk perbuatan antara lain : menyayangi dan mencintai ibu bapak sebagai bentuk terima kasih dengan cara bertutur kata sopan dan lemah lembut, mentaati perintah, meringankan beban, serta menyantuni mereka jika sudah tua dan tidak mampu lagi berusaha.
http://makalah-ibnu.blogspot.com/2011/02/pendidikan-akhlak.html
3.2 adil terhadap keluarga
Adil terhadap keluarga (anak dan istri), yaitu dengan tidak melebihkan dan mengutamakan salah seorang di antara mereka atas yang lainnya atau kepada sebagian atas sebagian yang lainnya.
http://wan147.blogdetik.com/perihal/
3.3 Membina dan mendidik keluarga
Memulai dengan menanamkan secara kokoh keimanan kepada jiwa sebelum belajar hukum syariat. Hal itu dilakukan dengan mengenalkan tentang Rabbnya, nama, sifat dan perbuatan-Nya sehingga tertanam dalam jiwanya pengagungan, penghormatan, pengharapan dan rasa takut kepada Allah serta kecintaan kepadaNya. Juga ia selalul ingat kepada kematian, kengerian hari kiamat, surga dan neraka serta hari perhitungan (hisab). Memulai dengan sisi pendidikan ini akan mempersiapkan jiwa-jiwa untuk dapat melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya serta istiqamah diatasnya.
3.4 Memelihara keturunan
Memelihara keturunan juga merupakan salah satu dari lima keperluan asasi manusia. Dan pemeliharaan ini dapat melestarikan keturunan manusia.
http://www.ydsf.org/blog/untaian-hikmah/apa-yang-terjadi-pada-keturunan-bila-dunia-tanpa-islam-bag-4-habis
4. Akhlak terhadap masyarakat
Pentingnya akhlak tidak terbatas pada perorangan saja, tetapi penting untuk bertetangga, masyarakat, umat dan kemanusiaan seluruhnya. Di antaranya akhlak terhadap tetangga dan masyarakat adalah saling tolong menolong, saling menghormati, persaudaraan, pemurah, penyantun, menepati janji, berkata sopan dan berlaku adil. Dalam kehidupan sosial, tetangga merupakan orang yang yang secara fisik paling dekat jaraknya dengan tempat tinggal kita. Dalam tatanan hidup bermasyarakat, tetangga merupakan lingkaran kedua setelah rumah tangga, sehingga corak sosial suatu lingkungan masyarakat sangat diwarnai oleh kehidupan pertetanggaan.
4.1 Ukhuwah/silaturahmi
Silaturahmi, secara umum, terbagi ke dalam dua makna, yaitu silaturahmi dalam arti khusus dan silaturahmi dalam arti umum. “Rahim” yang pertama dipakai dalam arti kaum kerabat, atau yang memiliki hubungan keluarga dan kekeluargaan-baik itu yang berhak mendapatkan warisan ataupun tidak; baik itu termasuk mahram atau bukan. Karena itu, kata rahiim di sini dapat diartikan sebagai kerabat, atau keluarga.
Yang kedua adalah silaturahmi dalam arti hubungan dengan saudara seiman. Bentuknya dapat dijalin melalui kasih sayang, saling menasihati dalam takwa dan kesabaran, tolong menolong di atas jalan ketakwaan (QS. Al-Ashr: 1-3). Atau, bisa pula melalui doa, saling mengunjungi, bahkan memberi bantuan militer bila saudara seiman berada dalam kondisi terancam.
http://smantiga86.wordpress.com/2007/10/04/arti-sillahturahmi/
4.2 Adil
Pengertian adail menurut bahasa adalah sebagai berikut
• Artinya meletakkan sesuatu pada tempatnya
• Adil juga berarti tidak berat sebelah, tidak memihak, atau menyamakan yang satu dengan yang lain.
Dengan demikian, berlaku adil adalah memperlakukan hak dan kewajiban secara seimbang, tidak memihak, dan tidak merugikan pihak manapu. Sebagai contoh, seorang penguasa yang adil akan melaksanakan tugas sesuai dengan fungsi dan kedudukanya, Allah swt.
http://tonyzsma8smg.wordpress.com/2011/02/04/akhlak-2-2/
4.3 tolong menolong
4.4 pemurah
orang yg suka memberi; orang yg tidak pelit; orang yg murah hati: ia sangat baik hati
http://www.artikata.com/arti-372071-pemurah.html
4.5 penyantun
orang yg baik budi bahasa dan tingkah lakunya; orang yg sopan; orang yg suka menaruh belas kasihan; orang yg suka menolong (membantu, memperhatikan kepentingan orang lain, dsb,
http://www.artikata.com/arti-376739-penyantun.html
4.6 pemaaf
Pemaaf adalah sikap yang suka memberi maaf terhadap kesalahan orang lain tanpa ada sedikitpun rasa benci dan dendam di hati.
http://www.cimbuak.net/content/view/1379/
4.7 menepati janji
Mohammad abduh, Janji adalah sesuatu yang harus ditepati oleh setiap orang terhadap yang lain, baik kepaada Allah, dan menyimak dan mentaati semua ajaran-ajarannya maupun kepada manusia. Janji itu wajib ditepati selama bukan maksiat.
Menepati janji ialah condongnya hati pada kebenaran, sehingga berkata benar dan menepati janji, seseorang bisa dikatakan sudah menepati janji apabila berjanji orang tersebut selalu menepatinya, sekalipun dengan musuh atau anak kecil dan orang yang tidak menepati janji digolongkan orang-orang yang munafik.
http://alfiyah90.wordpress.com/2010/03/25/hadist-jujur-dan-menepati-janji/
4.8 bermusyawarah
berunding; berembuk: semua pihak bersedia -; Musyawarah adalah suatu kelaziman fitrah manusia dan termasuk tuntuntan stabilitas suatu masyarakat. Musyawarah bukanlah tujuan pada asalnya, tetapi disyariatkan dalam agama Islam untuk mewujudkan keadilan diantara manusia, dan juga untuk memilih perkara yang paling baik bagi mereka, sebagai perwujudan tujuan-tujuan syari’at dan hukum-hukumnya, oleh karena itu musyawarah adalah salah satu cabang dari cabang-cabang syari’at agama, mengikuti serta tunduk pada dasar-dasar syari’at agama.
http://www.artikata.com/arti-372115-bermusyawarah.html
4.9 berwasiat kepada kebenaran
yakni saling berwasiat untuk mengerjakan kebaikan dan menganjurkannya.
http://tahir-vanycreative.blogspot.com/2010/12/jihad-terhadap-nafsu.html
4.10 berwasiat kepada kesabaran
yakni hendaknya satu sama lain saling mewasiatkan kesabaran dalam mengerjakan perintah Allah dan meninggalkan apa yang diharamkan serta dalam menanggung takdir Allah SWT.
http://tahir-vanycreative.blogspot.com/2010/12/jihad-terhadap-nafsu.html
III. akhlak terhadap lingkungan
Yang dimaksud dengan lingkungan di sini adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tidak bernyawa. Pada dasarnya, akhlak yang diajarkan Al-Qur’an terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah.
Binatang, tumbuhan, dan benda-benda tidak bernyawa semuanya diciptakan oleh SWT., dan menjadi milik-Nya, serta semua memiliki ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan ini mengantarkan sang muslim untuk menyadari bahwa semuanya adalah “umat” Tuhan yang seharusnya diperlakukan secara wajar dan baik
http://makalah-ibnu.blogspot.com/2011/02/pendidikan-akhlak.html
1. memperhatikan dan merenungkan penciptaan alam semesta
Merenung adalah kegiatan yang bisa dilakukan siapa dan kapan saja. Merenung mendalam tidak hanya bisa dilakukan oleh para pakar, ilmuwan, professor. Tapi bahkan bisa dilakukan oleh setiap orang yang berakal sehat. Karena itu, Islam mewajibkan untuk merenung, berfikir kepada setiap muslim terutama tentang penciptaan alam semesta. Karena dengan memperhatikan dan merenungkan penciptaan alam semesta, kita selalu diingatkan ke sang penciptanya.
http://hilmanmuchsin.blogspot.com/2010/12/merenung.html
2. memanfaatkan alam dengan sebaik-baiknya
menjadikan ada manfaatnya (gunanya dsb), manusia juga dituntut untuk memanfaatkan alam dengan sebaik-baiknya, dengan cara yang bijaksana dan bertanggung jawab. Karena pemanfaatan alam secara tidak bijaksana dapat menimbulkan kerusakan alam dan kerusakan alam dapat menimbulkan bencana alam.
A
3. melestarikan alam
menjadikan (membiarkan) tetap tidak berubah; membiarkan tetap spt keadaan semula; mempertahankan kelangsungan (hidup dsb): kita perlu ~ peninggalan sejarah;
4. menjaga kelangsungan perkembangan alam dengan baik
alam ini adalah amanah yang harus dimanfaatkan untuk keberlangsungan makhluk hidup apapun. Kekayaan alam harus dieksplorasi sebaik-baiknya tanpa merusak demi manfaat luas agar tetap terjaga perkembangan alam sehingga tidak menimbulkan kepunahan.
http://www.anneahira.com/peranan-manusia-sebagai-khalifah.htm
safarila.blogspot.com
WELCOME TO MY BLOG
SAFARILA.BLOGSPOT.COM
` Education
` Entertainment
- Tourism
` Culinary
` Knowledge of other General
KUMPULAN MAKALAH SAFARILA
Total Tayangan Halaman
Label
- AGAMA (6)
- BUAH (2)
- CERITA (3)
- ENGLISH (1)
- KESEHATAN (6)
- KULINER (3)
- LAGU (2)
- NEGARA (1)
- NET (1)
- OLAHRAGA (1)
- P (1)
- Pahlawan Nasional (2)
- Pendidikan (52)
- SERBA SERBI (1)
- USAHA (2)
- WISATA (2)
Tampilkan postingan dengan label AGAMA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label AGAMA. Tampilkan semua postingan
Jumat, 22 April 2011
Jumat, 01 April 2011
AMANAH DALAM ISLAM
Allah berfirman, artinya “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sssungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha melihat.” (QS-An Nisa’: 58).
Amanah adalah suatu kata yang besar dalam Islam. Berdasarkan syari’at amanah pengertiannya sangat luas dan mendalam. Mulai dari menyimpan rahasia hingga melaksanakan sesuatu dalam perjanjian atau tugas. Amanah adalah akhlak dari para Nabi dan Rasul yang paling baik dalam menjaga amanah dan Rasulullah Saw merupakan orang yang paling terpercaya dalam menjalankan amanah.
Amanah sangat berkaitan dengan akhlak yang lain, kejujuran, kesabaran atau keberanian. Untuk menjalankan amanah diperlukan keberanian yang tegas dan salah satu unsur dalam Islam dititipkan pada hal-hal yang besar sampai kepada hal-hal yang kecil sekalipun.
Firman Allah ; “Sesungguhnya kami telah mengemukakan amanat kepada langir, bumi dan gunung-gunung maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”. (QS Al Ahzab : 72).
Mencermati penyebab terjadinya gejolak pemberontakan rakyat ketidak puasan terhadap para penguasa (pemerintah) di beberapa negara Islam Timur Tengah Tunisia, Mesir, Libiya hingga Afrika Utara saat ini nota benenya sangat berkaitan terabainya nilai-nilai ajaran Islam yakni amanah
Amanah dalam ajaran Islam dapat diketogarikan sebagai janji atau hutang yang harus dibayar. Sabda Nabi Saw terkait pentingnya menunaikan janji. “ Tidak sempurna iman seseorang yang tidak amanah dan tidak sempurna agama orang-orang yang tidak menunaikan janji.” (HR Ahmad)
Kesejahteraan, ketentraman dan hak-hak dasar lainnya merupakan amanah rakyat yang harus ditunaikan dan dikedepankan para penguasa diatas kepebntingan pribadi, keluarga, maupun kelompok.
Ketika rakyat menyaksikan para penguasa negara Timur Tengah hidup bergelimang harta dan kemewahan hasil kekayaan alam minyak yang dimilikinya sementara kepentingan dan kebutuhan dasar rakyat terabaikan sangat mungkin menyebabkan kekecewaan rakyat pada gilirannya menjurus kepada pemberontakan di beberapa negara Timur Tengah yang sangat sulit terbendung.
Praktik ketidakadilan yang dipamerkan para penguasa telah menghilangkan rasa takut dan rasa hormat rakyat terhadap para penguasa. NIlai-nilai moral dan kemanusiaan termasuk nilai-nilai agamapun tidak lagi memiliki makna.
Gerakan reformasi di Indonesia tahun 1998 yang hampir indentik dengan peristiwa Timur Tengah dan Afrika Utara hendaknya menjadi suatu pelajaran berharga bagi para pemimpin di negeri ini dalam mengemban tugas wajib memegang teguh amanah jabatan dan kekuasaan.
Para elit politik baik dilevel eksekutif, legeslatif, yudikatif hingga pegawai pemerintah jangan sampai terlena mengabaikan amanah, karena jabatan dalam level dan bidang apapun pada hakekatnya merupakan tugas mulia harus dilaksanakan dengan baik jangan diabaikan dan dikhianati.
Nabi Saw bersabda, “Masing-masing kalian adalah pemimpin di akhirat nanti akan diminta pertanggungan jawab kepemimpinannya. Seorang Imam adalah pemimpin akan ditanya keemimpinannya. Seorang laki-laki adalah pemimpin dalam keluarga akan ditanya kepemmpinannya, seorang wanita adalah pemimpin di rumah suaminya akan ditanya kepemimpinanya, seorang pembantu adalah pemimpin dalam memelihara harta majikannya akan ditanya tentang kepemimpinannya. (HR Imam Bukhari).
Sahabat bertanya kepada Nabi bagaimana kalau amanah disia-siakan ? Rasul Saw menjawab, “Jika suatu urusan diserahkan kepada orang yang tidak layak maka tunggulah kehancuran.” (HR Bukhari dan Ahmad).
Allah berfirman, “ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul; jangan pula kalian mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepada kalian, sedangkan kalian mengetahuinya.” (QS Al Anfal :27).
Menunaikan amanah merupakn salah satu sifat orang mukmin sebagaimana yang tertera dalam surat Al Mukminun : 8 dan Al Ma’arij : 32, yang artinya “Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat yang dipikulnya dan janjinya.”
Perintah menunaikan amanah bersifat tegas dan menunaikan amanah adalah wajib. Larangan megkhianati amanah merupakan larangan bersifat tegas dan hukumnya haram. Dalam kaedah ajaran Islam mengkhianati jabatan atau kekuasaan bisa terjadi dalam bentuk beragam, seperti pelanggaran syari’at, mengabaikan kewajiban dan tanggung jawab, melanggar konstitusi dan undang-undang yang berlaku, menerapkan hukum tidak adil mengabaikan urusan dan kenentingn rakyat.
Dalam kontek bernegara amanah yang dibebankan kepada pejabat negara selaku pemegang amanah memiliki dua perspektif pertangungan jawaban horizontal (hablummninanas) dan vertikal (hablumminallah).
Allah berfirman, “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) orang yang mengharap (rahmat) Allah dan kedatangan hari kiamat serta dia banyak menyebut Allah.” (QS Al Ahzab : 21)
Rasulullah Saw adalah sosok panutan para leader memiliki empat hal fundamental yang melekat, yaitu siddiq, amanah, tabligh dan fatanah. Kendati sangat berat mengikuti jejak keteladanan Rasulullah, paling tidak bisa mendekati apa yang pernah Nabi lakukan dalam menegakkan amanah sebagai pemimpin agama dan negara dimasa hayatnya.
Melihat kondisi di negara kita saat ini masih memprihtinkan. Perilaku para elit politik lebih menyibukkan diri dengan urusan-urusan yang tidak menyentuh langsung kepentingan kehidupan rakyat banyak yang terhimpit kesulitan hidup.
Koalisi apapun namanya dalam dunia politik lebih mengkedepankan terhadap kesejahteraan rakyat tanpa membedakan latar belakang bendera dan partai politiknya. Hal ini tentunya untuk mencegah agar luapan kekecewaan dan ketidakadilan sosial yang makin kentara dirasakan rakyat di Indonesia jangan sampai terjadinya pemberontakan seperti di negara Timur Tengah dan Afrika Utara yang dapat menghncurkan sendi-sendi kehidupan suatu bangsa.
Dengan terlaksananya amanah kepemiminan dengan baik maka akan terealisir pula amanah--amanah lain baik yang terkait dengan amanah kepada Allah Swt maupun amanah yang berhubungan dengan sesama manusia dan dengan diri sendiri.
Allah Swt telah menetapkan amal shaleh yang terbesar adalah menunaikan amanah dan berlaku adil dalam memutuskan perkara diantara manusia tanpa terkecuali. Bentuk amal shaleh yang terbesar harus dilaksanakan setiap manusia sesuai proposi dan tingkatan amanah yang diembannya. Rasulullah Saw dengan tegas menafikan iman orang-orang yang tidak bisa menjaga amanah dengan baik, “ Tidak ada agama bagi orang yang tidak bisa menunaikan amanah.” (HR Ahmad dan Al Baihaiqi).
Ibnu Taimiyah menegaskan, “Penunjukan seseorang sebagai pemimpin merupakan salah satu tugas agama yang paling besar. Agama tidak akan tegak dan dunia tidak akan baik tanpa keberadaan pemimpin.
Kemaslahatan umat manusia tidak akan terwujud tanpa ditata dengan lehidupan soaial. Kehidupan soaial tidak akan berjalan dengan baik dan tertatur tanpa keberadaan seorang pemimpin. Iman Ghazali menegaskan, “ Dunia adalah ladang akhiirat. Agama tidak akan sempurna kecuali dengan dunia. Kekuasaan dan agama kembar. Agama adalah tiang sedangkan penguasa adalah penjaganya.
Bangunan tanpa tiang akan roboh dan tanpa dijaga akan hilang. Keteraturan dan kedisiplinan tidak akan terwujud tanpa keberadaan penguasa. Dalam sejarah Islam yang layak dijadikan panutan persoalan kepemimpinan paling utama.mendapat perhatian sahabat Rasul setelah Rasul wafat memilih dan membai’at Abubakar sebagai pengganti Rasul menyerahkan kepemimpinan kepadanya.
Urgensinya kepemimpinan dalam Islam, kebaikan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kebaikan kepemimpinan dalam menjalankan amanah. Sabda Rasulullah yang diriwayatkan sahabat Anas bin Malik ra, “ Umat akan tetap terjaga kebaikannya jika selalu jujur dalam ucapannya, adil dalam keputusan hukumnya dan saling kasih sayang diantara mereka
Amanah merupakan tuntutan iman dan khianat merupakan tanda hilangnya keimanan merasuknya kekafiran dalam diri seseorang. Ada enam amanah yang diberikn kepada manusia, yaitu amanah fithrah diberikan Allah Swt sejak manusia dalam rahim ibunya mengakui Allah Swt Maha Pencipta, pemelihara dan pembimbing.
Kedua amanah Syari’ah/Din yaitu tunduk dan patuh pada aturan Allah Swt melaksanakan perintah-NYA dan menjauhi larangan-NYA. Ketiga, Amanah hukum/keadilan, yakni amanah dalam mengakkan hukum Allah secata adil dalam kehidupan pribadi, masyarakat maupun bernegara,
Keempat amanah ekonomi yaitu bermu’amalah dan menegakkan sistem ekonomi yang sesuai dengan aturan syari’at Islam. Kelima, Amanah sosial, bergaul dengan menegakkan sistem kemasyarakatan yang Islami menegakkan amar makruf nahi mungkar, menempati janji serta saling menasehati dalam kebenaran, kesabaran dan kasih sayang.
Keenam, amanah pertahanan keamanan membina fisik dan mental dan mempersiapkan kekuatan yang dimiliki agar bangsa, negara dan ummat tidak dijajah oleh imperialisme, kapitalis maupun komunis serta musuh-musuh Islam lainnya.
Menyikapi sikap diantara pemimpin baik dari penegak hukum, pejabat eksekutif, Legeslatif di zaman modern sekarang ini cendrung menyia-nyiakan amanah terlena dalam kemewahan dan terlupa kepada sumpah jabatan yang diikrarkan saat amanah diserahkan kepadanya.
Sudah cukup banyak para pemimpin kita, harkat dan martabatnya jatuh tersungkur lantaran berpacu dalam mengkhianati amanah tidak hanya berhadapan dengan hukum negara juga akan berhadapan dengan hukum Allah akan diminta pertanggungan jawab di akhirat kelak.***
Amanah adalah suatu kata yang besar dalam Islam. Berdasarkan syari’at amanah pengertiannya sangat luas dan mendalam. Mulai dari menyimpan rahasia hingga melaksanakan sesuatu dalam perjanjian atau tugas. Amanah adalah akhlak dari para Nabi dan Rasul yang paling baik dalam menjaga amanah dan Rasulullah Saw merupakan orang yang paling terpercaya dalam menjalankan amanah.
Amanah sangat berkaitan dengan akhlak yang lain, kejujuran, kesabaran atau keberanian. Untuk menjalankan amanah diperlukan keberanian yang tegas dan salah satu unsur dalam Islam dititipkan pada hal-hal yang besar sampai kepada hal-hal yang kecil sekalipun.
Firman Allah ; “Sesungguhnya kami telah mengemukakan amanat kepada langir, bumi dan gunung-gunung maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”. (QS Al Ahzab : 72).
Mencermati penyebab terjadinya gejolak pemberontakan rakyat ketidak puasan terhadap para penguasa (pemerintah) di beberapa negara Islam Timur Tengah Tunisia, Mesir, Libiya hingga Afrika Utara saat ini nota benenya sangat berkaitan terabainya nilai-nilai ajaran Islam yakni amanah
Amanah dalam ajaran Islam dapat diketogarikan sebagai janji atau hutang yang harus dibayar. Sabda Nabi Saw terkait pentingnya menunaikan janji. “ Tidak sempurna iman seseorang yang tidak amanah dan tidak sempurna agama orang-orang yang tidak menunaikan janji.” (HR Ahmad)
Kesejahteraan, ketentraman dan hak-hak dasar lainnya merupakan amanah rakyat yang harus ditunaikan dan dikedepankan para penguasa diatas kepebntingan pribadi, keluarga, maupun kelompok.
Ketika rakyat menyaksikan para penguasa negara Timur Tengah hidup bergelimang harta dan kemewahan hasil kekayaan alam minyak yang dimilikinya sementara kepentingan dan kebutuhan dasar rakyat terabaikan sangat mungkin menyebabkan kekecewaan rakyat pada gilirannya menjurus kepada pemberontakan di beberapa negara Timur Tengah yang sangat sulit terbendung.
Praktik ketidakadilan yang dipamerkan para penguasa telah menghilangkan rasa takut dan rasa hormat rakyat terhadap para penguasa. NIlai-nilai moral dan kemanusiaan termasuk nilai-nilai agamapun tidak lagi memiliki makna.
Gerakan reformasi di Indonesia tahun 1998 yang hampir indentik dengan peristiwa Timur Tengah dan Afrika Utara hendaknya menjadi suatu pelajaran berharga bagi para pemimpin di negeri ini dalam mengemban tugas wajib memegang teguh amanah jabatan dan kekuasaan.
Para elit politik baik dilevel eksekutif, legeslatif, yudikatif hingga pegawai pemerintah jangan sampai terlena mengabaikan amanah, karena jabatan dalam level dan bidang apapun pada hakekatnya merupakan tugas mulia harus dilaksanakan dengan baik jangan diabaikan dan dikhianati.
Nabi Saw bersabda, “Masing-masing kalian adalah pemimpin di akhirat nanti akan diminta pertanggungan jawab kepemimpinannya. Seorang Imam adalah pemimpin akan ditanya keemimpinannya. Seorang laki-laki adalah pemimpin dalam keluarga akan ditanya kepemmpinannya, seorang wanita adalah pemimpin di rumah suaminya akan ditanya kepemimpinanya, seorang pembantu adalah pemimpin dalam memelihara harta majikannya akan ditanya tentang kepemimpinannya. (HR Imam Bukhari).
Sahabat bertanya kepada Nabi bagaimana kalau amanah disia-siakan ? Rasul Saw menjawab, “Jika suatu urusan diserahkan kepada orang yang tidak layak maka tunggulah kehancuran.” (HR Bukhari dan Ahmad).
Allah berfirman, “ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul; jangan pula kalian mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepada kalian, sedangkan kalian mengetahuinya.” (QS Al Anfal :27).
Menunaikan amanah merupakn salah satu sifat orang mukmin sebagaimana yang tertera dalam surat Al Mukminun : 8 dan Al Ma’arij : 32, yang artinya “Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat yang dipikulnya dan janjinya.”
Perintah menunaikan amanah bersifat tegas dan menunaikan amanah adalah wajib. Larangan megkhianati amanah merupakan larangan bersifat tegas dan hukumnya haram. Dalam kaedah ajaran Islam mengkhianati jabatan atau kekuasaan bisa terjadi dalam bentuk beragam, seperti pelanggaran syari’at, mengabaikan kewajiban dan tanggung jawab, melanggar konstitusi dan undang-undang yang berlaku, menerapkan hukum tidak adil mengabaikan urusan dan kenentingn rakyat.
Dalam kontek bernegara amanah yang dibebankan kepada pejabat negara selaku pemegang amanah memiliki dua perspektif pertangungan jawaban horizontal (hablummninanas) dan vertikal (hablumminallah).
Allah berfirman, “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) orang yang mengharap (rahmat) Allah dan kedatangan hari kiamat serta dia banyak menyebut Allah.” (QS Al Ahzab : 21)
Rasulullah Saw adalah sosok panutan para leader memiliki empat hal fundamental yang melekat, yaitu siddiq, amanah, tabligh dan fatanah. Kendati sangat berat mengikuti jejak keteladanan Rasulullah, paling tidak bisa mendekati apa yang pernah Nabi lakukan dalam menegakkan amanah sebagai pemimpin agama dan negara dimasa hayatnya.
Melihat kondisi di negara kita saat ini masih memprihtinkan. Perilaku para elit politik lebih menyibukkan diri dengan urusan-urusan yang tidak menyentuh langsung kepentingan kehidupan rakyat banyak yang terhimpit kesulitan hidup.
Koalisi apapun namanya dalam dunia politik lebih mengkedepankan terhadap kesejahteraan rakyat tanpa membedakan latar belakang bendera dan partai politiknya. Hal ini tentunya untuk mencegah agar luapan kekecewaan dan ketidakadilan sosial yang makin kentara dirasakan rakyat di Indonesia jangan sampai terjadinya pemberontakan seperti di negara Timur Tengah dan Afrika Utara yang dapat menghncurkan sendi-sendi kehidupan suatu bangsa.
Dengan terlaksananya amanah kepemiminan dengan baik maka akan terealisir pula amanah--amanah lain baik yang terkait dengan amanah kepada Allah Swt maupun amanah yang berhubungan dengan sesama manusia dan dengan diri sendiri.
Allah Swt telah menetapkan amal shaleh yang terbesar adalah menunaikan amanah dan berlaku adil dalam memutuskan perkara diantara manusia tanpa terkecuali. Bentuk amal shaleh yang terbesar harus dilaksanakan setiap manusia sesuai proposi dan tingkatan amanah yang diembannya. Rasulullah Saw dengan tegas menafikan iman orang-orang yang tidak bisa menjaga amanah dengan baik, “ Tidak ada agama bagi orang yang tidak bisa menunaikan amanah.” (HR Ahmad dan Al Baihaiqi).
Ibnu Taimiyah menegaskan, “Penunjukan seseorang sebagai pemimpin merupakan salah satu tugas agama yang paling besar. Agama tidak akan tegak dan dunia tidak akan baik tanpa keberadaan pemimpin.
Kemaslahatan umat manusia tidak akan terwujud tanpa ditata dengan lehidupan soaial. Kehidupan soaial tidak akan berjalan dengan baik dan tertatur tanpa keberadaan seorang pemimpin. Iman Ghazali menegaskan, “ Dunia adalah ladang akhiirat. Agama tidak akan sempurna kecuali dengan dunia. Kekuasaan dan agama kembar. Agama adalah tiang sedangkan penguasa adalah penjaganya.
Bangunan tanpa tiang akan roboh dan tanpa dijaga akan hilang. Keteraturan dan kedisiplinan tidak akan terwujud tanpa keberadaan penguasa. Dalam sejarah Islam yang layak dijadikan panutan persoalan kepemimpinan paling utama.mendapat perhatian sahabat Rasul setelah Rasul wafat memilih dan membai’at Abubakar sebagai pengganti Rasul menyerahkan kepemimpinan kepadanya.
Urgensinya kepemimpinan dalam Islam, kebaikan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kebaikan kepemimpinan dalam menjalankan amanah. Sabda Rasulullah yang diriwayatkan sahabat Anas bin Malik ra, “ Umat akan tetap terjaga kebaikannya jika selalu jujur dalam ucapannya, adil dalam keputusan hukumnya dan saling kasih sayang diantara mereka
Amanah merupakan tuntutan iman dan khianat merupakan tanda hilangnya keimanan merasuknya kekafiran dalam diri seseorang. Ada enam amanah yang diberikn kepada manusia, yaitu amanah fithrah diberikan Allah Swt sejak manusia dalam rahim ibunya mengakui Allah Swt Maha Pencipta, pemelihara dan pembimbing.
Kedua amanah Syari’ah/Din yaitu tunduk dan patuh pada aturan Allah Swt melaksanakan perintah-NYA dan menjauhi larangan-NYA. Ketiga, Amanah hukum/keadilan, yakni amanah dalam mengakkan hukum Allah secata adil dalam kehidupan pribadi, masyarakat maupun bernegara,
Keempat amanah ekonomi yaitu bermu’amalah dan menegakkan sistem ekonomi yang sesuai dengan aturan syari’at Islam. Kelima, Amanah sosial, bergaul dengan menegakkan sistem kemasyarakatan yang Islami menegakkan amar makruf nahi mungkar, menempati janji serta saling menasehati dalam kebenaran, kesabaran dan kasih sayang.
Keenam, amanah pertahanan keamanan membina fisik dan mental dan mempersiapkan kekuatan yang dimiliki agar bangsa, negara dan ummat tidak dijajah oleh imperialisme, kapitalis maupun komunis serta musuh-musuh Islam lainnya.
Menyikapi sikap diantara pemimpin baik dari penegak hukum, pejabat eksekutif, Legeslatif di zaman modern sekarang ini cendrung menyia-nyiakan amanah terlena dalam kemewahan dan terlupa kepada sumpah jabatan yang diikrarkan saat amanah diserahkan kepadanya.
Sudah cukup banyak para pemimpin kita, harkat dan martabatnya jatuh tersungkur lantaran berpacu dalam mengkhianati amanah tidak hanya berhadapan dengan hukum negara juga akan berhadapan dengan hukum Allah akan diminta pertanggungan jawab di akhirat kelak.***
Jumat, 25 Maret 2011
silsilah keturunan Nabi Muhammad SAW
Dibanding bangsa lain seperti mesir yang peradabannya sudah mengenal baca tulis, kelebihan bangsa arab adalah hapalan yang kuat mengenai berbagai syair dan silsilah keturunan nenek moyang mereka. Mereka dapat menghapal ribuan syair dan silsilah keturunan mereka puluhan generasi diatasnya. Itulah mungkin mengapa Allah mengutus nabi Muhammad SAW yang umi atau tidak bisa baca tulis.
Dibawah ini merupakan silsilah keturunan nabi Muhammad rasulullah SAW berturut turut hingga sampai ke nabi Adam
MUHAMMAD SAW bin ABDULLAH bin ABDUL MUTHALIB (alias SYAIBAH) bin HASYIM (alias AMRU) bin ABDU MANAF (alias AL MUGHIRAH) bin QUSHAY (alias ZAID) bin KILAB bin MURAH bin KA'B bin LU'AY bin GHALIB bin FIHR ( julukannya QURAISY dan jadi cikal bakal nama kabilah QURAIS) bin MALIK bin AN-NADHR (alias QAIS) bin KINANAH bin KHUZAIMAH bin MUDRIKAH (AMIR) bin ILYAS bin MUDHAR bin NIZAR bin MA'AD bin ADNAN
(Nasab diatas disepakati kebenarannya oleh pakar biografi dan ulama )
ADNAN bin UDAD bin HAMAISA' bin SALAMAN bin AUSH bin BAUZ bin QIMWAL bin UBAY bin AWAM bin NASYID bin HAZA bin BALDAS bin YADLAF bin THABIKH bin JAHIM bin NAHISY bin MAKHI bin AIDH bin ABQAR bin UBAID bin AD-DA'A bin HAMDAN bin SINBAR bin YATSRIBI bin YAHZAN bin YALHAN bin AR'AWY bin AID bin DAISYAN bin AISHAR bin AFNAD bin AIHAM bin MUQSHIR bin NAHITS bin ZARIH bin SUMAY bin MUZAY bin IWADHAH bin ARAM bin QAIDAR bin ISMA'IL as bin IBRAHIM as
(masih jadi perselisihan walau sebagian besar mereka menyepakatinya)
IBRAHIM as bin TARIH (AZAR) bin NAHUR bin SARU' ATAU SARUGH bin RA'U bin FALAKH bin AIBAR bin SYALAKH bin ARFAKHSYAD bin SAM bin NUH alaihis alam bin LAMK bin MATAUSYALAKH bin AKHNUKH atau IDRIS alaihisalam bin YARD bin MAHLA'IL bin QAINAN bin YANISYA bin SYAITS bin ADAM alaihi salam
(disepakati didalamnya ada data yang tidak benar)
Nabi ibrahim sendiri hidup sekitar tahun 1800 sebelum masehi...
Nabi muhammad SAW lahir hari senin tanggal 20 atau 22 april 571 Masehi atau tanggal 9 rabi'ul awal (4 bulan setelah peristiwa abrahah dan pasukan gajah berusaha menguasai mekah namun digagalkan Allah)
Nabi diangkat menjadi rasul bulan ramadhan malam tanggal 21, atau 10 agustus 610 Masehi saat beliau berumur 40 tahun 6 bulan 12hari menurut kalender hijriah atau berusia 39 tahun 3 bulan 20 hari menurut kalender Masehi
Nabi hijrah ke madinah hari jumat, 12 rabi'ul awal atau 27 september 622 atau 14 tahun kenabiannya
wafat hari senin 12 rabi'ul awal 11 Hijriah dalam usia 63 tahun 4 hari
Dibawah ini merupakan silsilah keturunan nabi Muhammad rasulullah SAW berturut turut hingga sampai ke nabi Adam
MUHAMMAD SAW bin ABDULLAH bin ABDUL MUTHALIB (alias SYAIBAH) bin HASYIM (alias AMRU) bin ABDU MANAF (alias AL MUGHIRAH) bin QUSHAY (alias ZAID) bin KILAB bin MURAH bin KA'B bin LU'AY bin GHALIB bin FIHR ( julukannya QURAISY dan jadi cikal bakal nama kabilah QURAIS) bin MALIK bin AN-NADHR (alias QAIS) bin KINANAH bin KHUZAIMAH bin MUDRIKAH (AMIR) bin ILYAS bin MUDHAR bin NIZAR bin MA'AD bin ADNAN
(Nasab diatas disepakati kebenarannya oleh pakar biografi dan ulama )
ADNAN bin UDAD bin HAMAISA' bin SALAMAN bin AUSH bin BAUZ bin QIMWAL bin UBAY bin AWAM bin NASYID bin HAZA bin BALDAS bin YADLAF bin THABIKH bin JAHIM bin NAHISY bin MAKHI bin AIDH bin ABQAR bin UBAID bin AD-DA'A bin HAMDAN bin SINBAR bin YATSRIBI bin YAHZAN bin YALHAN bin AR'AWY bin AID bin DAISYAN bin AISHAR bin AFNAD bin AIHAM bin MUQSHIR bin NAHITS bin ZARIH bin SUMAY bin MUZAY bin IWADHAH bin ARAM bin QAIDAR bin ISMA'IL as bin IBRAHIM as
(masih jadi perselisihan walau sebagian besar mereka menyepakatinya)
IBRAHIM as bin TARIH (AZAR) bin NAHUR bin SARU' ATAU SARUGH bin RA'U bin FALAKH bin AIBAR bin SYALAKH bin ARFAKHSYAD bin SAM bin NUH alaihis alam bin LAMK bin MATAUSYALAKH bin AKHNUKH atau IDRIS alaihisalam bin YARD bin MAHLA'IL bin QAINAN bin YANISYA bin SYAITS bin ADAM alaihi salam
(disepakati didalamnya ada data yang tidak benar)
Nabi ibrahim sendiri hidup sekitar tahun 1800 sebelum masehi...
Nabi muhammad SAW lahir hari senin tanggal 20 atau 22 april 571 Masehi atau tanggal 9 rabi'ul awal (4 bulan setelah peristiwa abrahah dan pasukan gajah berusaha menguasai mekah namun digagalkan Allah)
Nabi diangkat menjadi rasul bulan ramadhan malam tanggal 21, atau 10 agustus 610 Masehi saat beliau berumur 40 tahun 6 bulan 12hari menurut kalender hijriah atau berusia 39 tahun 3 bulan 20 hari menurut kalender Masehi
Nabi hijrah ke madinah hari jumat, 12 rabi'ul awal atau 27 september 622 atau 14 tahun kenabiannya
wafat hari senin 12 rabi'ul awal 11 Hijriah dalam usia 63 tahun 4 hari
MENENTUKAN WAKTU SHALAT
A. CARA MENENTUKAN WAKTU SHALAT
"Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktu-waktunya atas orang-orang yang beriman” (QS. An-Nisa: 103). Kewajiban shalat sudah ditetapkan bagi umat islam. Lalu bagaimanakah menentukan waktu2 sholat 5 waktu tsb? Dalam Al-Qur’an dan hadits dapat diambil kesimpulan bahwa ketentuan waktu2 shalat itu berkaitan dengan peredaran matahari.Lalu Posisi matahari pada bola langit inilah yang menjadi patokan waktu shalat.
1. Waktu shubuh adalah sejak terbit fajar shidiq (sebenarnya) sampai terbitnya matahari. Di dalam Al-Quran secara tak langsung disebutkan sejak meredupnya bintang-bintang (Q.S. 50:40). Maka secara astronomi fajar shidiq dipahami sebagai awal astronomical twilight (fajar astronomi), mulai munculnya cahaya di ufuk timur menjelang terbit matahari pada saat matahari berada pada kira kira 18 derajat di bawah horizon (jarak zenit z = 108o). Fajar shidiq itu disebabkan oleh hamburan cahaya matahari di atmosfer atas. Ini berbeda dengan apa yang disebut fajar kadzib (semu) -- dalam istilah astronomi disebut cahaya zodiak -- yang disebabkan oleh hamburan cahaya matahari oleh debu-debu antar planet.
2. Waktu Zuhur dirumuskan sejak seluruh bundaran matahari meninggalkan meridian, biasanya diambil sekitar 2 menit setelah lewat tengah hari. Dalam realitasnya, untuk kepentingan praktis, waktu tengah cukup diambil waktu tengah antara matahari terbit dan terbenam.
3. Waktu ashar. Dalam penentuannya tidak ada kesepakatan karena fenomena yang dijadikan dasar pun tidak jelas. Dasar yang disebutkan di dalam hadits, Nabi SAW diajak shalat ashar oleh malaikat Jibril ketika panjang bayangan sama dengan tinggi benda sebenarnya dan pada keesokan harinya Nabi diajak pada saat panjang bayangan dua kali tinggi benda sebenarnya. Walaupun dari dalil itu dapat disimpulkan bahwa awal waktu asar adalah sejak bayangan sama dengan tinggi benda sebenarnya, ini menimbulkan beberapa penafsiran karena fenomena seperti itu tidak bisa digeneralilasi sebab pada musim dingin hal itu bisa dicapai pada waktu dhuhur, bahkan mungkin tidak pernah terjadi karena bayangan selalu lebih panjang daripada tongkatnya. Ada yang berpendapat tanda masuk waktu ashar bila bayang-bayang tongkat panjangnya sama dengan panjang bayangan waktu tengah hari ditambah satu kali panjang tongkat sebenarnya dan pendapat lain menyatakan harus ditambah dua kali panjang tongkat sebenarnya. Pendapat yang memperhitungkan panjang bayangan pada waktu dzhuhur atau mengambil dasar tambahannya dua kali panjang tongkat (di beberapa negara Eropa) dimaksudkan untuk mengatasi masalah panjang bayangan pada musim dingin. Badan Hisab dan Ru'yat Departemen Agama RI menggunakan rumusan: panjang bayangan waktu asar = bayangan waktu dzhuhur + tinggi bendanya; tan(za) = tan(zd) + 1. Dapat diambil kesimpulan bahwa waktu pertengahan antara dhuhur dan maghrib, tanpa perlu memperhitungkan jarak zenit matahari. Hal ini diperkuat dengan ungkapan 'shalat pertengahan' dalam Al-Qur'an S. 2:238 yang ditafsirkan oleh banyak mufassir sebagai salat ashar. Kalau pendapat ini yang digunakan, waktu salat asar akan lebih cepat sekitar 10 menit dari jadwal salat yang dibuat Departemen Agama.
4. Waktu maghrib berarti saat terbenamnya matahari. Matahari terbit atau terbenam didefinisikan secara astronomi bila jarak zenith z = 90o50' (the Astronomical almanac) atau z = 91o bila memasukkan koreksi kerendahan ufuk akibat ketinggian pengamat 30 meter dari permukaan tanah. Untuk penentuan waktu salat maghrib, saat matahari terbenam biasanya ditambah 2 menit karena ada larangan melakukan salat tepat saat matahari terbit, terbenam, atau kulminasi atas.
5. Waktu isya ditandai dengan mulai memudarnya cahaya merah di ufuk barat, yaitu tanda masuknya gelap malam (Al-Qur'an S. 17:78). Dalam astronomi itu dikenal sebagai akhir senja astronomi (astronomical twilight) bila jarak zenit matahari z = 108o).
"Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktu-waktunya atas orang-orang yang beriman” (QS. An-Nisa: 103). Kewajiban shalat sudah ditetapkan bagi umat islam. Lalu bagaimanakah menentukan waktu2 sholat 5 waktu tsb? Dalam Al-Qur’an dan hadits dapat diambil kesimpulan bahwa ketentuan waktu2 shalat itu berkaitan dengan peredaran matahari.Lalu Posisi matahari pada bola langit inilah yang menjadi patokan waktu shalat.
1. Waktu shubuh adalah sejak terbit fajar shidiq (sebenarnya) sampai terbitnya matahari. Di dalam Al-Quran secara tak langsung disebutkan sejak meredupnya bintang-bintang (Q.S. 50:40). Maka secara astronomi fajar shidiq dipahami sebagai awal astronomical twilight (fajar astronomi), mulai munculnya cahaya di ufuk timur menjelang terbit matahari pada saat matahari berada pada kira kira 18 derajat di bawah horizon (jarak zenit z = 108o). Fajar shidiq itu disebabkan oleh hamburan cahaya matahari di atmosfer atas. Ini berbeda dengan apa yang disebut fajar kadzib (semu) -- dalam istilah astronomi disebut cahaya zodiak -- yang disebabkan oleh hamburan cahaya matahari oleh debu-debu antar planet.
2. Waktu Zuhur dirumuskan sejak seluruh bundaran matahari meninggalkan meridian, biasanya diambil sekitar 2 menit setelah lewat tengah hari. Dalam realitasnya, untuk kepentingan praktis, waktu tengah cukup diambil waktu tengah antara matahari terbit dan terbenam.
3. Waktu ashar. Dalam penentuannya tidak ada kesepakatan karena fenomena yang dijadikan dasar pun tidak jelas. Dasar yang disebutkan di dalam hadits, Nabi SAW diajak shalat ashar oleh malaikat Jibril ketika panjang bayangan sama dengan tinggi benda sebenarnya dan pada keesokan harinya Nabi diajak pada saat panjang bayangan dua kali tinggi benda sebenarnya. Walaupun dari dalil itu dapat disimpulkan bahwa awal waktu asar adalah sejak bayangan sama dengan tinggi benda sebenarnya, ini menimbulkan beberapa penafsiran karena fenomena seperti itu tidak bisa digeneralilasi sebab pada musim dingin hal itu bisa dicapai pada waktu dhuhur, bahkan mungkin tidak pernah terjadi karena bayangan selalu lebih panjang daripada tongkatnya. Ada yang berpendapat tanda masuk waktu ashar bila bayang-bayang tongkat panjangnya sama dengan panjang bayangan waktu tengah hari ditambah satu kali panjang tongkat sebenarnya dan pendapat lain menyatakan harus ditambah dua kali panjang tongkat sebenarnya. Pendapat yang memperhitungkan panjang bayangan pada waktu dzhuhur atau mengambil dasar tambahannya dua kali panjang tongkat (di beberapa negara Eropa) dimaksudkan untuk mengatasi masalah panjang bayangan pada musim dingin. Badan Hisab dan Ru'yat Departemen Agama RI menggunakan rumusan: panjang bayangan waktu asar = bayangan waktu dzhuhur + tinggi bendanya; tan(za) = tan(zd) + 1. Dapat diambil kesimpulan bahwa waktu pertengahan antara dhuhur dan maghrib, tanpa perlu memperhitungkan jarak zenit matahari. Hal ini diperkuat dengan ungkapan 'shalat pertengahan' dalam Al-Qur'an S. 2:238 yang ditafsirkan oleh banyak mufassir sebagai salat ashar. Kalau pendapat ini yang digunakan, waktu salat asar akan lebih cepat sekitar 10 menit dari jadwal salat yang dibuat Departemen Agama.
4. Waktu maghrib berarti saat terbenamnya matahari. Matahari terbit atau terbenam didefinisikan secara astronomi bila jarak zenith z = 90o50' (the Astronomical almanac) atau z = 91o bila memasukkan koreksi kerendahan ufuk akibat ketinggian pengamat 30 meter dari permukaan tanah. Untuk penentuan waktu salat maghrib, saat matahari terbenam biasanya ditambah 2 menit karena ada larangan melakukan salat tepat saat matahari terbit, terbenam, atau kulminasi atas.
5. Waktu isya ditandai dengan mulai memudarnya cahaya merah di ufuk barat, yaitu tanda masuknya gelap malam (Al-Qur'an S. 17:78). Dalam astronomi itu dikenal sebagai akhir senja astronomi (astronomical twilight) bila jarak zenit matahari z = 108o).
30 CIRI-CIRI ORANG YANG DISEBUT MUNAFIK
Di dalam kehidupan sehari-hari, kita kerap mendengar kata "munafik" diucapkan orang. Dan bila itu terjadi, biasanya perhatian kita langsung akan terpusat pada sosok yang disebut-sebut munafik tadi. Bahkan tidak jarang kita sendiripun tergoda untuk ikut menambahkan komentar (gibah) mengenai sosok sial yang disebut munafik ini. Lalu, sejauh mana sebetulnya pengetahuan kita tentang Munafik? Berikut adalah ciri-ciri orang munafik menurut Islam.
1. Dusta
Hadith Rasulullah yang diriwayatkan Imam Ahmad Musnad dengan sanad Jayid: "Celaka baginya, celaka baginya, celaka baginya. Yaitu seseorang yang berdusta agar orang-orang tertawa." Di dalam kitab Shahihain (Shahih Bukhari dan Muslim), Rasulullah SAW bersabda: "Tanda orang munafik ada tiga, salah satunya adalah jika berbicara dia dusta."
2. Khianat
Sabda Rasulullah SAW: "Dan apabila berjanji, dia berkhianat." Barangsiapa memberikan janji kepada seseorang, atau kepada isterinya, anaknya, sahabatnya, atau kepada seseorang dengan mudah kemudian dia mengkhianati janji tersebut tanpa ada sebab uzur syar'i maka telah melekat pada dirinya salah satu tanda kemunafikan.
3. Fujur Dalam Pertikaian
Sabda Rasulullah SAW: "Dan apabila bertengkar (bertikai), dia melampau batas."
4. Ingkar Janji
Sabda Rasulullah SAW: "Tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara dia dusta, jika berjanji dia ingkar, dan jika dipercaya (diberi amanat) dia berkhianat." (HR. Bukhari Muslim)
5. Malas Beribadah
Firman Allah SWT: "Dan apabila mereka berdiri untuk sholat, mereka berdiri dengan malas." (An-Nisa': 142) . Jika orang munafik pergi ke masjid atau surau, dia menyeret kakinya seakan-akan terbelenggu rantai. Oleh kerana itu, ketika sampai di dalam masjid atau surau dia memilih duduk di shaf yang paling akhir. Dia tidak mengetahui apa yang dibaca imam dalam sholat, apalagi untuk menyemak dan menghayatinya.
6. Riya
Di hadapan manusia dia sholat dengan khusyuk tetapi ketika seorang diri, dia mempercepatkan sholatnya. apabila bersama orang lain dalam suatu majlis, dia tampak zuhud dan berakhlak baik, demikian juga pembicaraannya. Namun, jika dia seorang diri, dia akan melanggar hal-hal yang diharamkan oleh Allah SWT.
7. Sedikit Berzikir
Firman Allah SWT: "Dan apabila mereka berdiri untuk sholat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya' (dengan sholat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah SWT kecuali sedikit sekali." (An-Nisa': 142) .
8. Mempercepat Sholat
Mereka (orang-orang munafik) adalah orang yang mempercepatkan sholat tanpa ada rasa khusyuk sedikit pun. Tidak ada ketenangan dalam mengerjakannya, dan hanya sedikit mengingat Allah SWT di dalamnya. Fikiran dan hatinya tidak menyatu. Dia tidak menghadirkan keagungan, kehebatan, dan kebesaran Allah SWT dalam sholatnya. Hadith Nabi SAW: "Itulah sholat orang munafik, ... lalu mempercepat empat rakaat (sholatnya)"
9. Mencela Orang-Orang Yang Taat Dan Soleh
Mereka memperlekehkan orang-orang yang Taat dengan ungkapan yang mengandung cemuhan dan celaan. Oleh kerananya, dalam setiap majlis pertemuan sering kali kita temui orang munafik yang hanya memperbincangkan sepak terjang orang-orang soleh dan orang-orang yang konsisten terhadap Al-Quran dan As-Sunnah. Baginya seakan-akan tidak ada yang lebih penting dan menarik selain memperolok-olok orang-orang yang Taat kepada Allah SWT
10. Mengolok-Olok Al-Quran, As-Sunnah, Dan Rasulullah SAW
Termasuk dalam kategori Istihzaa' (berolok-olok) adalah memperolok-olok hal-hal yang disunnah Rasulullah SAW dan amalan-amalan lainnya. Orang yang suka memperolok-olok dengan sengaja hal-hal seperti itu, jatuh Kafir. Firman Allah SWT: "Katakanlah, Apakah dengan Allah SWT, Ayat-Ayat-Nya, dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?' Tidak usah kamu minta maaf, kerana kamu kafir sesudah beriman." (At-Taubah: 65-66)
11. Bersumpah Palsu
Firman Allah SWT: "Mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai perisai." (Al-Munafiqun: 2 & Al-Mujadilah: 16). Jika seseorang menanyakan kepada orang munafik tentang sesuatu, dia langsung bersumpah. Apa yang diucapkan orang munafik semata-mata untuk menutupi kedustaannya. Dia selalu mengumpat dan memfitnah orang lain. Maka jika seseorang itu menegurnya, dia segera mengelak dengan sumpahnya: "Demi Allah, sebenarnya kamu adalah orang yang paling aku sukai. Demi Allah, sesungguhnya kamu adalah sahabatku."
12. Enggan Berinfak
Orang-orang munafik memang selalu menghindari hal-hal yang menuntut pengorbanan, baik berupa harta maupun jiwa. Apabila menjumpai mereka berinfak, bersedekah, dan mendermakan hartanya, mereka lakukan kerana riya' dan sum'ah. Mereka enggan bersedekah, kerana pada hakikatnya, mereka tidak menghendaki pengorbanan harta, apalagi jiwa.
13. Tidak Menghiraukan Nasib Sesama Kaum Muslimin
Mereka selalu menciptakan kelemahan-kelemahan dalam barisan muslimin. Inilah yang disebut At Takhdzil. iaitu, sikap meremehkan, menakut-nakuti, dan membiarkan kaum muslimin. Orang munafik berpendapat bahawa orang-orang kafir lebih kuat daripada kaum muslimin.
14. Suka Menyebarkan Khabar Dusta
Orang munafik senang memperbesar peristiwa atau kejadian. Jika ada orang yang tergelincir lisannya secara tidak sengaja, maka datanglah si munafik dan memperbesarkannya dalam majelis-majelis pertemuan. "Apa kalian tidak mendengar apa yang telah dikatakan si fulan itu?" Lalu, dia pun menirukan kesalahan tersebut. Padahal, dia sendiri mengetahui bahawa orang itu mempunyai banyak kebaikan dan keutamaan, akan tetapi si munafik itu tidak akan mahu mengungkapkannya kepada masyarakat.
15. Mengingkari Takdir
Orang munafik selalu membantah dan tidak redha dengan takdir Allah SWT. Oleh kerananya, apabila ditimpa musibah, dia mengatakan: "Bagaimana ini. Seandainya saya berbuat begini, niscaya akan menjadi begini." Dia pun selalu mengeluh kepada sesama manusia. Sungguh, dia telah mengkufuri dan mengingkari Qadha dan Takdir.
16. Mencaci Maki Kehormatan Orang-Orang Soleh
Apabila orang munafik membelakangi orang-orang soleh, dia akan mencaci maki, menjelek-jelekkan, mengumpat, dan menjatuhkan kehormatan mereka di majlis-majlis pertemuan. Firman Allah SWT: "Mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam, sedang mereka bakhil untuk berbuat kebaikan." (Al-Ahzab: 19)
17. Sering Meninggalkan Sholat Berjamaah
Apabila seseorang itu segar, kuat, mempunyai waktu luang, dan tidak memiliki uzur say'i, namun tidak mahu mendatangi masjid/surau ketika mendengar panggilan azan, maka saksikanlah dia sebagai orang munafik.
18. Membuat Kerusakan Di Muka Bumi Dengan Dalih Mengadakan Perbaikan
Firman Allah SWT: "Dan apabila dikatakan kepada mereka: janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab: 'Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan kebaikan.' Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar." (Al-Baqarah: 11-12).
19. Tidak Sesuai Antara Zahir Dengan Bathin
Secara Zahir mereka membenarkan bahawa Nabi Muhammad SAW adalah Rasul Allah, tetapi di dalam hati mereka, Allah telah mendustakan kesaksian mereka. Sesungguhnya, kesaksian yang tampak benar secara Zahir itulah yang menyebabkan Mereka masuk ke dalam Neraka. Penampilan zahirnya bagus dan mempesona, tetapi di dalam batinnya terselubung niat busuk dan menghancurkan. Di luar dia menampakkan kekhusyukan, sedangkan di dalam hatinya ia main-main.
20. Takut Terhadap Kejadian Apa Saja
Orang-orang munafik selalu diliputi rasa takut. Jiwanya selalu tidak tenang, keinginannya hanya selalu mendambakan kehidupan yang tenang dan damai tanpa disibukkan oleh persoalan-persoalan hidup apapun. Dia selalu berharap: "Tinggalkan dan biarkanlah kami dengan keadaan kami ini, semoga Allah memberikan nikmat ini kepada kami. Kami tidak ingin keadaan kami berubah." Padahal, keadaannya tidaklah lebih baik.
21. Beruzur Dengan Dalih Dusta
Firman Allah SWT: "Di antara mereka ada orang yang berkata: 'Berilah saya izin (tidak pergi berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus ke dalam fitnah.' Ketahuilah bahawa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah. Dan sesungguhnya Neraka Jahanam itu benar-benar meliputi orang-orang yang kafir." (At-Taubah: 49)
22. Menyuruh Kemungkaran Dan Mencegah Kemakrufan
Mereka (orang munafik) menginginkan agar perbuatan keji tersiar di kalangan orang-orang beriman. Mereka menggembar-gemburkan tentang kemerdekaan wanita, persamaan hak, penanggalan hijab/jilbab. Mereka juga berusaha memasyarakatkan nyanyian dan konsert, menyebarkan majalah-majalah porno (semi-porno) dan narkotik.
23. Bakhil
Orang-orang munafik sangat bakhil dalam masalah-masalah kebajikan. Mereka menggenggam tangan mereka dan tidak mahu bersedekah atau menginfakkan sebahagian harta mereka untuk kebaikan, padahal mereka orang yang mampu dan berkecukupan.
24. Lupa Kepada Allah SWT
Segala sesuatu selalu mereka ingat, kecuali Allah SWT. Oleh sebab itu, mereka senantiasa ingat kepada keluarganya, anak-anaknya, lagu-lagu, berbagai keinginan, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan duniawi. Dalam fikiran dan batin mereka tidak pernah terlintas untuk mengingat (dzikir) Allah SWT, kecuali sebagai tipuan semata-mata.
25. Mendustakan Janji Allah SWT Dan Rasul-Nya
Firman Allah SWT: "Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata: 'Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami selain tipu daya." (Al-Ahzab: 12).
26. Lebih Memperhatikan Zahir, Mengabaikan Bathin
Orang munafik lebih mementingkan zahir dengan mengabaikan yang batin, tidak menegakkan sholat, tidak merasa diawasi Allah SWT, dan tidak mengenal zikir. Pada zahirnya, pakaian mereka demikian bagus menarik, tetapi batin mereka kosong, rusak dan lain sebaginya.
27. Sombong Dalam Berbicara
Orang-orang munafik selalu sombong dan angkuh dalam berbicara. Mereka banyak omomg dan suka memfasih-fasihkan ucapan. Setiap kali berbicara, mereka akan selalu mengawalinya dengan ungkapan menakjubkan yang meyakinkan agar tampak seperti orang hebat, mulia, berwawasan luas, mengerti, berakal, dan berpendidikan. Padahal, pada hakikatnya dia tidak memiliki kemampuan apapun. Sama sekali tidak memiliki ilmu bahkan bodoh.
28. Tidak Memahami Ad Din
Di antara "keistimewaan" orang-orang munafik adalah: mereka sama sekali tidak memahami masalah-masalah agama. Dia tahu bagaimana mengenderai mobil dan mengerti perihal mesinnya. Dia juga mengetahui hal-hal remeh dan pengetahuan-pengetahuan yang tidak pernah memberi manfaat kepadanya meski juga tidak mendatangkan mudharat baginya. Akan tetapi, apabila menghadapi untuk berdialog (bertanya tentang persoalan-persoalan Ad Din (Islam)), dia sama sekali tidak boleh menjawab.
29. Bersembunyi Dari Manusia Dan Menentang Allah Dengan Perbuatan Dosa
Orang munafik menganggap ringan perkara-perkara terhadap Allah SWT, menentang-Nya dengan melakukan berbagai kemungkaran dan kemaksiatan secara sembunyi-sembunyi. Akan tetapi, ketika dia berada di tengah-tengah manusia dia menunjukkan sebaliknya: berpura-pura taat.
Firman Allah SWT: "Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahsia yang Allah tidak ridhoi." (An-Nisa': 108)
30. Senang Melihat Orang Lain Susah, Susah Bila Melihat Orang lain Senang
Orang munafik apabila mendengar berita bahawa seorang ulama yang soleh tertimpa suatu musibah, dia pun menyebarluaskan berita duka itu kepada masyarakat sambil menampakkan kesedihannya dan berkata: "Hanya Allahlah tempat memohon pertolongan. Kami telah mendengar bahawa si fulan telah tertimpa musibah begini dan begitu. Semoga Allah memberi kesabaran kepada kami dan beliau." Padahal, di dalam hatinya dia merasa senang dan bangga akan musibah itu.
1. Dusta
Hadith Rasulullah yang diriwayatkan Imam Ahmad Musnad dengan sanad Jayid: "Celaka baginya, celaka baginya, celaka baginya. Yaitu seseorang yang berdusta agar orang-orang tertawa." Di dalam kitab Shahihain (Shahih Bukhari dan Muslim), Rasulullah SAW bersabda: "Tanda orang munafik ada tiga, salah satunya adalah jika berbicara dia dusta."
2. Khianat
Sabda Rasulullah SAW: "Dan apabila berjanji, dia berkhianat." Barangsiapa memberikan janji kepada seseorang, atau kepada isterinya, anaknya, sahabatnya, atau kepada seseorang dengan mudah kemudian dia mengkhianati janji tersebut tanpa ada sebab uzur syar'i maka telah melekat pada dirinya salah satu tanda kemunafikan.
3. Fujur Dalam Pertikaian
Sabda Rasulullah SAW: "Dan apabila bertengkar (bertikai), dia melampau batas."
4. Ingkar Janji
Sabda Rasulullah SAW: "Tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara dia dusta, jika berjanji dia ingkar, dan jika dipercaya (diberi amanat) dia berkhianat." (HR. Bukhari Muslim)
5. Malas Beribadah
Firman Allah SWT: "Dan apabila mereka berdiri untuk sholat, mereka berdiri dengan malas." (An-Nisa': 142) . Jika orang munafik pergi ke masjid atau surau, dia menyeret kakinya seakan-akan terbelenggu rantai. Oleh kerana itu, ketika sampai di dalam masjid atau surau dia memilih duduk di shaf yang paling akhir. Dia tidak mengetahui apa yang dibaca imam dalam sholat, apalagi untuk menyemak dan menghayatinya.
6. Riya
Di hadapan manusia dia sholat dengan khusyuk tetapi ketika seorang diri, dia mempercepatkan sholatnya. apabila bersama orang lain dalam suatu majlis, dia tampak zuhud dan berakhlak baik, demikian juga pembicaraannya. Namun, jika dia seorang diri, dia akan melanggar hal-hal yang diharamkan oleh Allah SWT.
7. Sedikit Berzikir
Firman Allah SWT: "Dan apabila mereka berdiri untuk sholat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya' (dengan sholat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah SWT kecuali sedikit sekali." (An-Nisa': 142) .
8. Mempercepat Sholat
Mereka (orang-orang munafik) adalah orang yang mempercepatkan sholat tanpa ada rasa khusyuk sedikit pun. Tidak ada ketenangan dalam mengerjakannya, dan hanya sedikit mengingat Allah SWT di dalamnya. Fikiran dan hatinya tidak menyatu. Dia tidak menghadirkan keagungan, kehebatan, dan kebesaran Allah SWT dalam sholatnya. Hadith Nabi SAW: "Itulah sholat orang munafik, ... lalu mempercepat empat rakaat (sholatnya)"
9. Mencela Orang-Orang Yang Taat Dan Soleh
Mereka memperlekehkan orang-orang yang Taat dengan ungkapan yang mengandung cemuhan dan celaan. Oleh kerananya, dalam setiap majlis pertemuan sering kali kita temui orang munafik yang hanya memperbincangkan sepak terjang orang-orang soleh dan orang-orang yang konsisten terhadap Al-Quran dan As-Sunnah. Baginya seakan-akan tidak ada yang lebih penting dan menarik selain memperolok-olok orang-orang yang Taat kepada Allah SWT
10. Mengolok-Olok Al-Quran, As-Sunnah, Dan Rasulullah SAW
Termasuk dalam kategori Istihzaa' (berolok-olok) adalah memperolok-olok hal-hal yang disunnah Rasulullah SAW dan amalan-amalan lainnya. Orang yang suka memperolok-olok dengan sengaja hal-hal seperti itu, jatuh Kafir. Firman Allah SWT: "Katakanlah, Apakah dengan Allah SWT, Ayat-Ayat-Nya, dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?' Tidak usah kamu minta maaf, kerana kamu kafir sesudah beriman." (At-Taubah: 65-66)
11. Bersumpah Palsu
Firman Allah SWT: "Mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai perisai." (Al-Munafiqun: 2 & Al-Mujadilah: 16). Jika seseorang menanyakan kepada orang munafik tentang sesuatu, dia langsung bersumpah. Apa yang diucapkan orang munafik semata-mata untuk menutupi kedustaannya. Dia selalu mengumpat dan memfitnah orang lain. Maka jika seseorang itu menegurnya, dia segera mengelak dengan sumpahnya: "Demi Allah, sebenarnya kamu adalah orang yang paling aku sukai. Demi Allah, sesungguhnya kamu adalah sahabatku."
12. Enggan Berinfak
Orang-orang munafik memang selalu menghindari hal-hal yang menuntut pengorbanan, baik berupa harta maupun jiwa. Apabila menjumpai mereka berinfak, bersedekah, dan mendermakan hartanya, mereka lakukan kerana riya' dan sum'ah. Mereka enggan bersedekah, kerana pada hakikatnya, mereka tidak menghendaki pengorbanan harta, apalagi jiwa.
13. Tidak Menghiraukan Nasib Sesama Kaum Muslimin
Mereka selalu menciptakan kelemahan-kelemahan dalam barisan muslimin. Inilah yang disebut At Takhdzil. iaitu, sikap meremehkan, menakut-nakuti, dan membiarkan kaum muslimin. Orang munafik berpendapat bahawa orang-orang kafir lebih kuat daripada kaum muslimin.
14. Suka Menyebarkan Khabar Dusta
Orang munafik senang memperbesar peristiwa atau kejadian. Jika ada orang yang tergelincir lisannya secara tidak sengaja, maka datanglah si munafik dan memperbesarkannya dalam majelis-majelis pertemuan. "Apa kalian tidak mendengar apa yang telah dikatakan si fulan itu?" Lalu, dia pun menirukan kesalahan tersebut. Padahal, dia sendiri mengetahui bahawa orang itu mempunyai banyak kebaikan dan keutamaan, akan tetapi si munafik itu tidak akan mahu mengungkapkannya kepada masyarakat.
15. Mengingkari Takdir
Orang munafik selalu membantah dan tidak redha dengan takdir Allah SWT. Oleh kerananya, apabila ditimpa musibah, dia mengatakan: "Bagaimana ini. Seandainya saya berbuat begini, niscaya akan menjadi begini." Dia pun selalu mengeluh kepada sesama manusia. Sungguh, dia telah mengkufuri dan mengingkari Qadha dan Takdir.
16. Mencaci Maki Kehormatan Orang-Orang Soleh
Apabila orang munafik membelakangi orang-orang soleh, dia akan mencaci maki, menjelek-jelekkan, mengumpat, dan menjatuhkan kehormatan mereka di majlis-majlis pertemuan. Firman Allah SWT: "Mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam, sedang mereka bakhil untuk berbuat kebaikan." (Al-Ahzab: 19)
17. Sering Meninggalkan Sholat Berjamaah
Apabila seseorang itu segar, kuat, mempunyai waktu luang, dan tidak memiliki uzur say'i, namun tidak mahu mendatangi masjid/surau ketika mendengar panggilan azan, maka saksikanlah dia sebagai orang munafik.
18. Membuat Kerusakan Di Muka Bumi Dengan Dalih Mengadakan Perbaikan
Firman Allah SWT: "Dan apabila dikatakan kepada mereka: janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab: 'Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan kebaikan.' Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar." (Al-Baqarah: 11-12).
19. Tidak Sesuai Antara Zahir Dengan Bathin
Secara Zahir mereka membenarkan bahawa Nabi Muhammad SAW adalah Rasul Allah, tetapi di dalam hati mereka, Allah telah mendustakan kesaksian mereka. Sesungguhnya, kesaksian yang tampak benar secara Zahir itulah yang menyebabkan Mereka masuk ke dalam Neraka. Penampilan zahirnya bagus dan mempesona, tetapi di dalam batinnya terselubung niat busuk dan menghancurkan. Di luar dia menampakkan kekhusyukan, sedangkan di dalam hatinya ia main-main.
20. Takut Terhadap Kejadian Apa Saja
Orang-orang munafik selalu diliputi rasa takut. Jiwanya selalu tidak tenang, keinginannya hanya selalu mendambakan kehidupan yang tenang dan damai tanpa disibukkan oleh persoalan-persoalan hidup apapun. Dia selalu berharap: "Tinggalkan dan biarkanlah kami dengan keadaan kami ini, semoga Allah memberikan nikmat ini kepada kami. Kami tidak ingin keadaan kami berubah." Padahal, keadaannya tidaklah lebih baik.
21. Beruzur Dengan Dalih Dusta
Firman Allah SWT: "Di antara mereka ada orang yang berkata: 'Berilah saya izin (tidak pergi berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus ke dalam fitnah.' Ketahuilah bahawa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah. Dan sesungguhnya Neraka Jahanam itu benar-benar meliputi orang-orang yang kafir." (At-Taubah: 49)
22. Menyuruh Kemungkaran Dan Mencegah Kemakrufan
Mereka (orang munafik) menginginkan agar perbuatan keji tersiar di kalangan orang-orang beriman. Mereka menggembar-gemburkan tentang kemerdekaan wanita, persamaan hak, penanggalan hijab/jilbab. Mereka juga berusaha memasyarakatkan nyanyian dan konsert, menyebarkan majalah-majalah porno (semi-porno) dan narkotik.
23. Bakhil
Orang-orang munafik sangat bakhil dalam masalah-masalah kebajikan. Mereka menggenggam tangan mereka dan tidak mahu bersedekah atau menginfakkan sebahagian harta mereka untuk kebaikan, padahal mereka orang yang mampu dan berkecukupan.
24. Lupa Kepada Allah SWT
Segala sesuatu selalu mereka ingat, kecuali Allah SWT. Oleh sebab itu, mereka senantiasa ingat kepada keluarganya, anak-anaknya, lagu-lagu, berbagai keinginan, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan duniawi. Dalam fikiran dan batin mereka tidak pernah terlintas untuk mengingat (dzikir) Allah SWT, kecuali sebagai tipuan semata-mata.
25. Mendustakan Janji Allah SWT Dan Rasul-Nya
Firman Allah SWT: "Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata: 'Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami selain tipu daya." (Al-Ahzab: 12).
26. Lebih Memperhatikan Zahir, Mengabaikan Bathin
Orang munafik lebih mementingkan zahir dengan mengabaikan yang batin, tidak menegakkan sholat, tidak merasa diawasi Allah SWT, dan tidak mengenal zikir. Pada zahirnya, pakaian mereka demikian bagus menarik, tetapi batin mereka kosong, rusak dan lain sebaginya.
27. Sombong Dalam Berbicara
Orang-orang munafik selalu sombong dan angkuh dalam berbicara. Mereka banyak omomg dan suka memfasih-fasihkan ucapan. Setiap kali berbicara, mereka akan selalu mengawalinya dengan ungkapan menakjubkan yang meyakinkan agar tampak seperti orang hebat, mulia, berwawasan luas, mengerti, berakal, dan berpendidikan. Padahal, pada hakikatnya dia tidak memiliki kemampuan apapun. Sama sekali tidak memiliki ilmu bahkan bodoh.
28. Tidak Memahami Ad Din
Di antara "keistimewaan" orang-orang munafik adalah: mereka sama sekali tidak memahami masalah-masalah agama. Dia tahu bagaimana mengenderai mobil dan mengerti perihal mesinnya. Dia juga mengetahui hal-hal remeh dan pengetahuan-pengetahuan yang tidak pernah memberi manfaat kepadanya meski juga tidak mendatangkan mudharat baginya. Akan tetapi, apabila menghadapi untuk berdialog (bertanya tentang persoalan-persoalan Ad Din (Islam)), dia sama sekali tidak boleh menjawab.
29. Bersembunyi Dari Manusia Dan Menentang Allah Dengan Perbuatan Dosa
Orang munafik menganggap ringan perkara-perkara terhadap Allah SWT, menentang-Nya dengan melakukan berbagai kemungkaran dan kemaksiatan secara sembunyi-sembunyi. Akan tetapi, ketika dia berada di tengah-tengah manusia dia menunjukkan sebaliknya: berpura-pura taat.
Firman Allah SWT: "Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahsia yang Allah tidak ridhoi." (An-Nisa': 108)
30. Senang Melihat Orang Lain Susah, Susah Bila Melihat Orang lain Senang
Orang munafik apabila mendengar berita bahawa seorang ulama yang soleh tertimpa suatu musibah, dia pun menyebarluaskan berita duka itu kepada masyarakat sambil menampakkan kesedihannya dan berkata: "Hanya Allahlah tempat memohon pertolongan. Kami telah mendengar bahawa si fulan telah tertimpa musibah begini dan begitu. Semoga Allah memberi kesabaran kepada kami dan beliau." Padahal, di dalam hatinya dia merasa senang dan bangga akan musibah itu.
Minggu, 20 Februari 2011
ADAB BERHIAS DIRI DAN BERTAMU
A. Adab (Tata Krama) Berhias
Pada hakikatnya Islam mencintai keindahan selama keindahan tersebut masih berada dalam batas yang wajar dan tidak bertentangan dengan norma-norma agama. Beberapa ketentuan agama dalam masalah perhiasan ini antara lain sebagai berikut:
1. Laki-laki dilarang memakai cincin emas, sebagaimana larangan yang ditunjukan oleh Rasulullah SAW, terhadap Ali RA.
2. Jangan bertato dan mengikir gigi
Mengikir gigi ialah memendekan dan merapikan gigi (pangkur dalam bahasa Jawa). Mengikir gigi banyak dilakukan oleh kaum perempuan dengan maksud agar tampak rapi dan cantik. Dalam menyikapi hal ini, Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ رَسُلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم اْلوَشِمَةَ وَاْلمُسْتَوْشِمَةَ وَاْلوَاشِرَةَ وَاْلمُسْتَوْشِرَةَ (رواه الطبرانى)
“Rasulullah SAW melaknat perempuan yang menatu dan minta ditatu, yang mengikir dam yang minta dikikir giginya.” (HR Thabrani).
3. Jangan menipiskan alis
Menipiskan alis banyak dilakukan oleh kaum perempuan agar tampak lebih cantik
Dalam sebuah Hadits diriwayatkan:
لَعَنْ رَسُلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم النَّاصِمَةَ وَاْلمُتَنَصِّمَةَ (رواه ابوداود)
“Rasulullah SAW melaknat perempuan-perempuan yang mencukur alisnya dan meminta dicukur alisnya.” (HR Abu Dawud)
4. Jangan menyambung rambut
Rasulullah bersabda:
لَعَنْ رَسُلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم اْلوَاصِلَةَ وَاْلمُسْتَوْ صِلَةَ (رواه البخارى)
“Allah melaknat perempuan-perempuan yang menyambung rambutnya dan yang meminta disambung rambutnya.” (HR. Bukhari)
5. Jangan berlebih-lebihan dalam berhias
Yang dimaksud berlebih-lebihan ialah melewati batas yang wajar dalam menikmati yang halal. Berhias secara berlebih-lebihan cenderung kepada sikap sombong dan bermegah-megahan yang amat tercela dalam Islam. Setiap muslim dan muslimat harus dapat menjauhkan diri dari hal-hal yang menyebabkan kesombongan, baik dalam berpakaian maupun berhias dalam bentuk lain.
Memoles wajah dengan bahan (make up) terlampau banyak, mengenakan perhiasan emas pada leher, kedua tangan dan kedua kaki termasuk berlebih-lebihan.
Islam memperbolehkan umatnya berhias secara wajar, tidak berlebih-lebihan yang cenderung kepada sikap sombong dan pamer.
B. Adab (Tata Krama) Bertamu
1. Jangan bertamu pada tiga waktu aurat
Allah SWT berfirman:
يَأَيُّهَاالَّذِيْنَ أمَنُوْالِيَسْتَأْذِ نَكُمُ الَّذِيْنَ مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْ وَالَّذِيْنَ لَمْ يَبْلُغُوْا الْحُلُمَ مِنْكُمْ ثَلَثَ مَرَّاتٍ قلى مِنْ قَبْلِ صَلوةِ اْلفَجْرِ وَحِيْنَ تَضَعُونَ ثِيَابَكُمْ مِنَ الظَّهِيْرَةِ وَمِنْ بَعْدِ صَلوةِ اْلعِشآءِ قلى طَوَّافُوْنَ عَلَيْكُمْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَعْضٍ قلى كَذلِكَ يُبَيِّنُ اللهُ لَكُمُ اْلأيتِ قلى وَاللهُ عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ (النور: 58)
“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lekaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum baligh di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) yaitu sebelum sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar) mu di tengah hari, dan sesudah sembahyang isya, (itulah) tiga aurat bagi kamu. Tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. Mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS An-Nuur: 58)
Bertamu pada tiga waktu aurat (sebelum subuh, sesudah dhuhur, dan sesudah isya), termasuk perkara yang dicela dalam Islam dan harus dijauhi, kecuali terpaksa (karena ada urusan yang sangat penting.
2. Cara bertamu yang baik
Cara bertamu yang baik menurut Islam antara lain sebagai berikut:
a. Berpakaian yang rapi dan pantas
Bertamu dengan memakai pakaian pantas berarti menghormati tuan rumah dan dirinya sendiri. Tamu yang berpakaian rapi dan pantas akan lebih dihormati oleh tuan rumah, demikian pula sebaliknya.
Allah SWT berfirman:
اِنْاَحْسَنَتُمْ أَحْسَنْتُمْ لأَِ نْفُسِكُمْ وَاِنْ أَسَأْ تُمْ فَلَهَا ... (الاسراء:7)
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka (kejahatan0 itu bagi dirimu sendiri ….” (QS. Al Israa:7)
b. Memberi isyarat dan dalam ketika datang
Allah SWT berfirman:
يأَيُّهَاالَّذِيْنَ أمَنُوْالاَتَدْ خُلُوْا بُيُوْ تًا غيْرَ بُيُوْتِكُمْ حَتَّى تَسْتَأْ نِسُوْا وَتُسَلِّمُوْاعَلَىأهْلِهَا ط ذلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ لَعَلَكُمْ تَذَكَّرُوْنَ (النور: 27)
“Wahai orang yang beriman janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu supaya kamu selalu ingat.” (QS. An-Nuur: 27)
c. Jangan mengintip ke dalam rumah
d. Minta izin masuk sebanyak-banyaknya 3 kali, apabila sudah mengetuk pintu atau membaca salam tiga kali tidak ada tanggapan dari tuan rumah, harus kembali pulang
e. Memperkenalkan diri secara jelas, baik nama, Alamat (terlebih bila bertamu pada malam hari
f. Tamu lelaki dilarang masuk ke dalam rumah apabila tuan rumah hanya seorang wanita
Rasulullah SAW bersabda:
اَيَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ اِلاَّ وَمَعَهَا ذُوْ مَحْرَمٍ وَلاَ تُسَافِرُ اْلمَرْاَةُ اِلاَّ مَعَ ذِى مَحْرَمٍ (رواه البخارى و مسلم)
“Janganlah seorang laki-laki bersepi-sepi bersama perempuan kecuali ia (perempuan tersebut) bersama mahramnya. Jangan pula seorang perempuan berpergian kecuali apabila ia bersama mahramnya.” (HR Bukhari dan Muslim).
g. Masuk dan duduk dengan sopan
Setelah tuan rumah mempersilahkan masuk, hendaklah tamu masuk rumah dan duduk dengan sopan di tempat yang telah disediakan. Tamu hendaknya membatasi diri, tidak memandang ke mana-mana secara bebas. Pandangan yang tidak dibatasi (terutama bagi tamu asing) dapat menimbulkan kecurigaan bagi tuan rumah. Tamu dapat dinilai sebagai orang yang tidak sopan, bahkan dapat dikira sebagai orang jahat yang mencari-cari kesempatan.
h. Menerima jamuan tuan rumah dengan senang hati
Apabila tuan rumah memberi jamuan, hendaknya tamu menerima jamuan tersebut dengan senang hati, tidak menampakan sikap tidak senang terhadap jamuan tersebut. Jika sekiranya tidak suka dengan jamuan tersebut, sebaiknya berkata terus terang bahwa dirinya tidak terbiasa menikmati makanan dan minuman seperti itu.
C. AdabMenerimaTamu
1. Berpakaian yang pantas untuk menghormati tamu dan diri sendiri
2. Menerima tamu dengan sikap yang baik, sikap bersahabat, jangan sekali-kali memalingkan muka darinya
3. Menjamu tamu sesuai kemampuannya, tidak mengada-ada yang dapat menyusahkan diri sendiri
4. Kewajiban menerima tamu adalah sehari – semalam. Selebihnya adalah sedekah bagi tuan rumah
5. Antarkan tamu (saat pulang) sampai pintu halaman rumah
6. Wanita yang berada di rumah sendirian dilarang menerima tamu laki-laki masuk ke dalam rumahnya tanpa ada izin sebelumnya dari suami (kecuali masih mahramnya)
7. Bagi suami pun hendaknya bersikap hati-hati agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan
Pada hakikatnya Islam mencintai keindahan selama keindahan tersebut masih berada dalam batas yang wajar dan tidak bertentangan dengan norma-norma agama. Beberapa ketentuan agama dalam masalah perhiasan ini antara lain sebagai berikut:
1. Laki-laki dilarang memakai cincin emas, sebagaimana larangan yang ditunjukan oleh Rasulullah SAW, terhadap Ali RA.
2. Jangan bertato dan mengikir gigi
Mengikir gigi ialah memendekan dan merapikan gigi (pangkur dalam bahasa Jawa). Mengikir gigi banyak dilakukan oleh kaum perempuan dengan maksud agar tampak rapi dan cantik. Dalam menyikapi hal ini, Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ رَسُلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم اْلوَشِمَةَ وَاْلمُسْتَوْشِمَةَ وَاْلوَاشِرَةَ وَاْلمُسْتَوْشِرَةَ (رواه الطبرانى)
“Rasulullah SAW melaknat perempuan yang menatu dan minta ditatu, yang mengikir dam yang minta dikikir giginya.” (HR Thabrani).
3. Jangan menipiskan alis
Menipiskan alis banyak dilakukan oleh kaum perempuan agar tampak lebih cantik
Dalam sebuah Hadits diriwayatkan:
لَعَنْ رَسُلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم النَّاصِمَةَ وَاْلمُتَنَصِّمَةَ (رواه ابوداود)
“Rasulullah SAW melaknat perempuan-perempuan yang mencukur alisnya dan meminta dicukur alisnya.” (HR Abu Dawud)
4. Jangan menyambung rambut
Rasulullah bersabda:
لَعَنْ رَسُلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم اْلوَاصِلَةَ وَاْلمُسْتَوْ صِلَةَ (رواه البخارى)
“Allah melaknat perempuan-perempuan yang menyambung rambutnya dan yang meminta disambung rambutnya.” (HR. Bukhari)
5. Jangan berlebih-lebihan dalam berhias
Yang dimaksud berlebih-lebihan ialah melewati batas yang wajar dalam menikmati yang halal. Berhias secara berlebih-lebihan cenderung kepada sikap sombong dan bermegah-megahan yang amat tercela dalam Islam. Setiap muslim dan muslimat harus dapat menjauhkan diri dari hal-hal yang menyebabkan kesombongan, baik dalam berpakaian maupun berhias dalam bentuk lain.
Memoles wajah dengan bahan (make up) terlampau banyak, mengenakan perhiasan emas pada leher, kedua tangan dan kedua kaki termasuk berlebih-lebihan.
Islam memperbolehkan umatnya berhias secara wajar, tidak berlebih-lebihan yang cenderung kepada sikap sombong dan pamer.
B. Adab (Tata Krama) Bertamu
1. Jangan bertamu pada tiga waktu aurat
Allah SWT berfirman:
يَأَيُّهَاالَّذِيْنَ أمَنُوْالِيَسْتَأْذِ نَكُمُ الَّذِيْنَ مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْ وَالَّذِيْنَ لَمْ يَبْلُغُوْا الْحُلُمَ مِنْكُمْ ثَلَثَ مَرَّاتٍ قلى مِنْ قَبْلِ صَلوةِ اْلفَجْرِ وَحِيْنَ تَضَعُونَ ثِيَابَكُمْ مِنَ الظَّهِيْرَةِ وَمِنْ بَعْدِ صَلوةِ اْلعِشآءِ قلى طَوَّافُوْنَ عَلَيْكُمْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَعْضٍ قلى كَذلِكَ يُبَيِّنُ اللهُ لَكُمُ اْلأيتِ قلى وَاللهُ عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ (النور: 58)
“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lekaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum baligh di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) yaitu sebelum sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar) mu di tengah hari, dan sesudah sembahyang isya, (itulah) tiga aurat bagi kamu. Tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. Mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS An-Nuur: 58)
Bertamu pada tiga waktu aurat (sebelum subuh, sesudah dhuhur, dan sesudah isya), termasuk perkara yang dicela dalam Islam dan harus dijauhi, kecuali terpaksa (karena ada urusan yang sangat penting.
2. Cara bertamu yang baik
Cara bertamu yang baik menurut Islam antara lain sebagai berikut:
a. Berpakaian yang rapi dan pantas
Bertamu dengan memakai pakaian pantas berarti menghormati tuan rumah dan dirinya sendiri. Tamu yang berpakaian rapi dan pantas akan lebih dihormati oleh tuan rumah, demikian pula sebaliknya.
Allah SWT berfirman:
اِنْاَحْسَنَتُمْ أَحْسَنْتُمْ لأَِ نْفُسِكُمْ وَاِنْ أَسَأْ تُمْ فَلَهَا ... (الاسراء:7)
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka (kejahatan0 itu bagi dirimu sendiri ….” (QS. Al Israa:7)
b. Memberi isyarat dan dalam ketika datang
Allah SWT berfirman:
يأَيُّهَاالَّذِيْنَ أمَنُوْالاَتَدْ خُلُوْا بُيُوْ تًا غيْرَ بُيُوْتِكُمْ حَتَّى تَسْتَأْ نِسُوْا وَتُسَلِّمُوْاعَلَىأهْلِهَا ط ذلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ لَعَلَكُمْ تَذَكَّرُوْنَ (النور: 27)
“Wahai orang yang beriman janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu supaya kamu selalu ingat.” (QS. An-Nuur: 27)
c. Jangan mengintip ke dalam rumah
d. Minta izin masuk sebanyak-banyaknya 3 kali, apabila sudah mengetuk pintu atau membaca salam tiga kali tidak ada tanggapan dari tuan rumah, harus kembali pulang
e. Memperkenalkan diri secara jelas, baik nama, Alamat (terlebih bila bertamu pada malam hari
f. Tamu lelaki dilarang masuk ke dalam rumah apabila tuan rumah hanya seorang wanita
Rasulullah SAW bersabda:
اَيَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ اِلاَّ وَمَعَهَا ذُوْ مَحْرَمٍ وَلاَ تُسَافِرُ اْلمَرْاَةُ اِلاَّ مَعَ ذِى مَحْرَمٍ (رواه البخارى و مسلم)
“Janganlah seorang laki-laki bersepi-sepi bersama perempuan kecuali ia (perempuan tersebut) bersama mahramnya. Jangan pula seorang perempuan berpergian kecuali apabila ia bersama mahramnya.” (HR Bukhari dan Muslim).
g. Masuk dan duduk dengan sopan
Setelah tuan rumah mempersilahkan masuk, hendaklah tamu masuk rumah dan duduk dengan sopan di tempat yang telah disediakan. Tamu hendaknya membatasi diri, tidak memandang ke mana-mana secara bebas. Pandangan yang tidak dibatasi (terutama bagi tamu asing) dapat menimbulkan kecurigaan bagi tuan rumah. Tamu dapat dinilai sebagai orang yang tidak sopan, bahkan dapat dikira sebagai orang jahat yang mencari-cari kesempatan.
h. Menerima jamuan tuan rumah dengan senang hati
Apabila tuan rumah memberi jamuan, hendaknya tamu menerima jamuan tersebut dengan senang hati, tidak menampakan sikap tidak senang terhadap jamuan tersebut. Jika sekiranya tidak suka dengan jamuan tersebut, sebaiknya berkata terus terang bahwa dirinya tidak terbiasa menikmati makanan dan minuman seperti itu.
C. AdabMenerimaTamu
1. Berpakaian yang pantas untuk menghormati tamu dan diri sendiri
2. Menerima tamu dengan sikap yang baik, sikap bersahabat, jangan sekali-kali memalingkan muka darinya
3. Menjamu tamu sesuai kemampuannya, tidak mengada-ada yang dapat menyusahkan diri sendiri
4. Kewajiban menerima tamu adalah sehari – semalam. Selebihnya adalah sedekah bagi tuan rumah
5. Antarkan tamu (saat pulang) sampai pintu halaman rumah
6. Wanita yang berada di rumah sendirian dilarang menerima tamu laki-laki masuk ke dalam rumahnya tanpa ada izin sebelumnya dari suami (kecuali masih mahramnya)
7. Bagi suami pun hendaknya bersikap hati-hati agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan
Langganan:
Postingan (Atom)